Tammy Abraham hampir kehilangan kata-kata.
"Kemenangan yang luar biasa!" kata striker Roma yang terlihat emosional setelah kemenangan 4-1 atas Atalanta, Sabtu (18/12). "Kemenangan luar biasa. Saya tidak tahu harus berkata apa lagi."
Rasa campur aduk antara kegembiraan dan ketidakpercayaannya tidaklah mengejutkan.
Roma baru saja mengalahkan salah satu tim Serie A yang sedang dalam performa terbaiknya di kandang mereka. Itu juga kemenangan besar pertama mereka musim ini.
Selama berbulan-bulan, pelatih Jose Mourinho telah mengajukan pertanyaan tentang kapan Giallorossi akhirnya akan bisa mengalahkan salah satu tim papan atas di Italia.
Mereka memang diyakini bisa melakukan itu, tapi tidak ada yang menyangka skornya akan sebesar itu di Bergamo.
Seperti yang diakui Abraham, "Banyak orang meragukan kami, mengatakan bahwa itu adalah misi mustahil bagi kami, tapi ini adalah salah satu kemenangan terbaik yang kami miliki musim ini."
Banyak orang juga meragukannya.
Roma telah menghabiskan €40 juta untuk merekrutnya dari Chelsea pada musim panas kemarin – pembelian termahal dalam bursa transfer musim panas Serie A awal musim ini.
Itu adalah investasi yang cukup besar dari klub yang sebenarnya tidak dalam kondisi finansial terbaik, mendatangkan pemain berusia 23 tahun yang cuma punya 26 gol di Liga Primer Inggris.
Transfer itu mulai terlihat seperti langkah cerdas sekarang ini yang dibuat oleh Roma, sebaliknya blunder oleh Chelsea.
Itu bukan berarti Abraham menjalani karier yang mulus di Italia, jauh dari itu sebenarnya. Tapi tantangannya adalah menemukan performa terbaik dari dirinya.
Ia mengawali kiprahnya dengan cemerlang, mendapatkan pujian atas permainannya, dan yang hebat ia tidak egois sebagai striker. Hanya saja dalam beberapa kesempatan ia kurang beruntung di muka gawang lawan.
Beberapa kali peluang Abraham digagalkan oleh tiang gawang, dan ia mengakui bahwa tidak menyangka bahwa bermain di Italia sesulit itu.
"Para pemain sangat cerdas dan bertahan sangat penting dalam gaya permainan Italia," katanya kepada The Telegraph pada November.
"Di Inggris, kami sangat terbiasa menyerang, menyerang, menyerang, jadi bagi saya, ini tentang belajar dengan cara lain."
Untungnya, ia memiliki Jose Mourinho sebagai mentor; master dalam dunia sepakbola.
Pelatih asal Portugal itu memainkan peran penting dalam meyakinkan Abraham, yang ingin bergabung dengan Arsenal, untuk pindah ke Roma, yakin bahwa ia lebih dari mampu mengisi kekosongan yang ditinggalkan Edin Dzeko di lini depan.
Mourinho, bagaimana pun, sangat menyadari bahwa nomor 9 baru Roma itu akan membutuhkan periode aklimatisasi, waktu untuk menyesuaikan diri dengan apa yang disebut pria berusia 56 tahun itu sebagai "jenis sepakbola yang berbeda".
Bagaimana pun, Abraham telah memutuskan pergi dari tim juara Eropa untuk bergabung dengan tim yang hanya finis ketujuh di Serie A musim lalu.
Getty/GOAL"Tammy bermain untuk tim yang selalu mendominasi dan seorang striker hanya ada di sana untuk mencetak gol," kata Mourinho kepada Sky Sport Italia.
"Di Italia, penting seorang striker harus bekerja untuk tim juga, untuk menekan bek tengah lawan dan pada saat yang sama memulai pertahanan dari sana."
"Ini adalah kebutuhan yang tidak biasa dilakukannya, namun ia memahaminya, dan konsep bekerja untuk tim. Saya senang, karena ia berkembang pesat."
Pernyataan yang tidak bisa dibantah, karena statistiknya tidak berbohong.
Setelah hanya mencetak dua gol dalam 11 penampilan pertamanya di Serie A, Abraham kini mencetak empat gol dalam tujuh pertandingan terakhirnya.
Secara keseluruhan, ia telah mencetak 12 gol dalam 25 penampilan dan memiliki 11 keterlibatan gol (mencetak sembilan gol, dua assist) dalam 10 pertandingan terakhirnya untuk klub dan negara.
Setelah dua golnya di Atalanta, Gazzetta dello Sport memuji kedatangan "True Tammy", memuji bukan karena mencetak brace tapi juga pengaruhnya yang luar biasa bagi permainan Roma.
"Ia mengangkat tim," tulis Fabio Bianchi rapor pertandingannya, "ia membuat [Nicolo] Zaniolo leluasa bergerak, ia bertarung dan bahkan jika kehilangan bola dalam beberapa situasi, ia terlibat dalam setiap aksi."
Mourinho sekarang bersikeras bahwa Abraham dapat mengakhiri musim debutnya di Serie A dengan setidaknya mencetak 20 gol. Dan sekali lagi, ia menunjukkan bahwa setelah pertandingan lawan Atalanta, ada tugas lain yang harus dijalankan sang penyerang.
"Seorang penyerang tengah bagi kami tidak bisa hanya fokus mencetak gol, ia juga perlu melakukan pekerjaan lain," kata pelatih juara Liga Champions dua kali itu kepada DAZN.
"Penting untuk memiliki titik referensi yang memenangkan duel dengan para pemain seperti [Jose Luis] Palomino, [Berat] Djimsiti dan [Rafael] Toloi. Abraham telah meningkat pesat dalam hal itu, tetapi saya yakin ia akan mencetak gol juga."
Mourinho, bagaimana pun, tetap fokus mengasah aspek-aspek yang terbaik dalam diri Abraham, bukan sekadar mencetak gol saja.
Ia mengatakan kepada sang striker bahwa masih terlalu lunak di lapangan, harus menjadi lebih kejam, lebih beringas atau seperti yang diungkapkan oleh Abraham tentang permintaan Mou, menjadi monster di lapangan.
"Ini tidak selalu tentang bersikap baik di lapangan," kata pemain berusia 24 tahun itu kepada The Telegraph. "Anda membutuhkan karakter itu; Anda membutuhkan kemampuan untuk menakut-nakuti bek dan saya pikir itu adalah sesuatu yang saya pelajari dan sedang berusaha lebih baik melakukannya."
Abraham, menurut pengakuannya sendiri, belum sampai ke titik itu. Ia masih memiliki jalan panjang untuk membuktikan dirinya sebagai striker kelas dunia.
Tapi perkembangannya nyata dan jelas, dan dan mudah dimengerti mengapa beberapa penggemar Chelsea sekarang bertanya-tanya mengapa striker lulusan akademi mereka dibiarkan pergi, terutama dengan kondisi The Blues kini yang kesulitan mencetak gol.
Pembelian Romelu Lukaku dengan harga mahal senilai £98 juta jelas semakin membatasi kesempatan bermain Abraham di Stamford Bridge musim ini.
Abraham hampir tidak bermain sama sekali setelah penunjukan Thomas Tuchel sebagai bos The Blues pada bulan Januari, meski pun Timo Werner dan Kai Havertz juga sebenarnya tidak begitu tajam untuk mencetak gol.
Ia hanya dua kali dimainkan sebagai starter oleh manajer asal Jerman itu, dan selalu digantikan oleh pemain lain di babak kedua dalam dua laga tersebut.
Namun, terlepas dari fakta bahwa ia tidak semenit pun bermain di Liga Champions selama Tuchel melatih, Abraham masih mampu menyelesaikan musim sebagai salah satu pencetak gol terbanyak Chelsea dengan 12 gol. Dan itu dibukukannya setelah mencetak 18 gol pada 2019/20.
Tuchel sendiri bahkan mengakui Abraham memang berhak untuk merasa tidak bahagia karena kurang diberi kesempatan bermain.
"Mungkin salah saya untuk tidak memberinya kesempatan," kata mantan bos Paris Saint-Germain itu kepada wartawan pada Agustus, "tidak memercayainya pada level yang sama seperti saya mungkin memercayai pemain lain."
Tentu sulit untuk tidak bertanya-tanya apakah Chelsea, yang telah bermain imbang dalam dua pertandingan Liga Primer terakhir mereka, cuma mencetak satu gol, mungkin lebih baik mempertahankan penyerang paling produktif mereka selama dua musim sebelum ini.
Pencetak gol terbanyak The Blues musim ini adalah Mason Mount, sementara Lukaku dan Werner masing-masing baru mengemas lima gol di semua kompetisi.
Paling tidak, Abraham yang serba bisa pasti akan menjadi pemain pengganti yang lebih baik bagi Lukaku - yang sejauh ini belum menemukan bentuk terbaiknya sejak kembali ke London - ketimbang memaksakan Werner yang inkonsisten.
Chelsea menyertakan klausul pembelian kembali senilai £68 juta dalam kontrak Abraham di Roma, namun yang pasti mereka tidak bisa serta merta membawanya kembali untuk menyelesaikan masalah di lini depan mereka dalam waktu dekat.
Dan selain itu, masalah di lini depan Chelsea saat ini tidak terlalu dipusingkan oleh Abraham, yang tentu lebih berharap mempertahankan bentuk terbaiknya demi mengangkat prestasi Roma musim ini.
Selalu ditekankan bahwa ia tidak memiliki motivasi untuk balas dendam atau mencoba untuk memaksakan jalannya kembali ke Stamford Bridge.
Memang, dalam konferensi pers pertamanya, ia bersikeras bahwa fokusnya bukan untuk membuktikan Chelsea "salah" karena menjualnya, melainkan menunjukkan bahwa Roma benar untuk mengontraknya.
Namun, saat ini, dia benar-benar melakukan keduanya.




