Marcelino Valencia

Valencia, Kembalinya Antagonis Lawas Barcelona & Real Madrid


OLEH    SANDY MARIATNA     Ikuti di Twitter

Hati Santiago Canizarez, Roberto Ayala, David Albeda, Ruben Baraja, Pablo Aimar, dan Mista mungkin sedang berbunga-bunga. Sebagai eks pemain yang menjadi kunci era keemasan Valencia di awal milenium ketiga, mereka kini boleh berbangga melihat performa mantan klubnya di La Liga Spanyol 2017/18.  

Ya, Valencia memang sedang bagus-bagusnya di awal musim ini. Hingga jornada 10, Los Murcielagos alias Si Kelelawar sukses menembus urutan kedua klasemen, diapit dua raksasa Barcelona dan Real Madrid. Kemenangan terbaru 2-1 atas tuan rumah Deportivo Alaves, Sabtu (28/10), menandai enam kemenangan konsekutif yang mereka raih dalam enam laga terakhir.

Menariknya, Valencia turut memukau publik lewat permainan cantik dan gelontoran gol yang begitu deras. Dalam enam laga terakhir, mereka telah mencetak 23 gol alias nyaris mencetak empat gol per partai! Tim kuat seperti Sevilla dihajar 4-1, Malaga digunduli 5-0, dan Real Betis dipermak 6-3. Valencia juga belum terkalahkan sejauh ini dan sempat menahan imbang duo Madrid di jornada sebelumnya.

Artikel dilanjutkan di bawah ini

Dengan koleksi 24 poin dari sepuluh laga pembuka, maka ini adalah start terbaik Valencia sepanjang sejarah keikutsertaan mereka di La Liga. Pekan lalu, Valencia telah menyamai rekor poin terbanyak yang pernah mereka raih di musim 1947/48 (21 poin).  

Start impresif ini lebih baik ketimbang era Pablo Aimar dkk. yang kala itu mampu menjadi kampiun La Liga dua kali -- musim 2001/02 dan 2003/04 -- di bawah arahan Rafa Benitez. Tak ayal, publik Valencia mulai optimistis bahwa inilah saat yang tepat bagi tim kesayangan mereka untuk kembali menjadi el tercer grande, tim terbaik Spanyol ketiga, seperti awal tahun 2000-an.

GFXID Valencia La Liga 2017/18

Waktu itu, Valencia bukan cuma perkasa di level domestik, namun juga dua kali menembus final Liga Champions secara beruntun (2000 dan 2001) meski akhirnya harus tunduk dari Madrid dan Bayern Munich. Piala UEFA dan Piala Super Eropa tak ketinggalan mereka rengkuh pada 2004. Valencia benar-benar berjaya kala itu.

Selama satu dekade berikutnya, Los Che tetap konsisten duduk di papan atas La Liga dan tampil reguler di kompetisi Eropa. Selain itu, Valencia ikut berjasa melahirkan bintang top Spanyol seperti David Villa, Juan Mata, David Silva, dan Jordi Alba. Sayang, mereka tidak pernah lagi menggoyang kemapanan Barca dan Madrid.

Bahkan dalam dua musim terakhir, mereka harus berjuang menghindari degradasi dan hanya finis di urutan 12. Status Valencia sebagai el tercer grande pun tergerus oleh tim-tim seperti Atletico Madrid dan Sevilla. Utang menumpuk, proyek stadion baru yang mangkrak, pergantian kepemilikan klub, hingga dilatih Gary Neville menjadi penegasan bahwa Valencia sudah tak lagi dipandang sebagai tim top Spanyol.

Marcelino ValenciaMarcelino mengubah wajah Valencia.

Untungnya, di musim ini Valencia menunjukkan geliat yang menjanjikan. Penunjukan Marcelino Garcia Toral sebagai pelatih pada Mei lalu menjadi kunci kebangkitan Si Kelelawar. Dengan portofolio apik bersama tim-tim medioker seperti Recreativo Huelva, Racing Santander, dan Villarreal, pelatih asal Asturias berusia 52 tahun itu menghadirkan revolusi di Valencia.

“Marcelino bilang kepada saya bahwa dia akan mengubah segalanya di Valencia dan sejauh ini dia berhasil menepati kata-katanya,” kata Gabriel Paulista, rekrutan anyar dari Arsenal. Gabriel sendiri menjadi salah satu transfer sukses Valencia di musim panas lalu. Penggawa baru lain seperti Neto, Goncalo Guedes, Geoffrey Kondogbia, dan Jeison Murillo juga langsung menjadi andalan.

Hasilnya, tiap lini Valencia dihuni oleh pemain bintang. Siapa sangka, striker flop Simone Zaza saat ini menjadi topskor kedua La Liga di bawah Lionel Messi. Pemain lain yang musim lalu tampil di bawah standar seperti Rodrigo Moreno, Jose Luis Gaya, Martin Montoya kini kembali bersinar berkat tangan dingin Marcelino.

Valencia XI 2017/18

Kedisiplinan juga menjadi faktor lain. Kapten Dani Parejo menceritakan, Marcelino menerapkan kebijakan ketat tidak hanya saat latihan tetapi juga untuk urusan perut. Pola makan para pemain dijaga betul. “Saya kehilangan 5,5 kilogram sejak dia [Marcelino] datang. Awalnya terasa berat, saya sering merasa lapar, tetapi tubuh saya beradaptasi. Kini, saya semakin lincah dan cepat,” kata Parejo, sang pengatur tempo permainan Valencia.

Dengan formasi 4-4-2, Valencia besutan Marcelino memiliki paket lengkap untuk meneror lawan-lawan mereka di La Liga. Di saat Barcelona masih terlalu bergantung pada Messi dan Madrid terlihat belum panas, Valencia punya kesempatan besar untuk kembali menjadi antagonis utama di La Liga. Saatnya Los Murcielagos mengangkasa kembali.

Iklan