Footer Bannes Piala AFC U=16

Timnas Indonesia U-16 Melawan Sindrom Bintang


LIPUTAN   MUHAMAD RAIS ADNAN    DARI   SELANGOR   

Popularitas tim nasional (timnas) Indonesia U-16 saat ini sedang tinggi. Itu tak terlepas dari prestasi yang mereka torehkan dalam dua tahun terakhir. Apalagi setelah mereka menjuarai Piala AFF U-16 2018, para pemain timnas U-16 seakan menjadi idola baru bagi masyarakat Indonesia.

Ditambah, mereka kini mampu menembus babak perempat-final Piala Asia U-16 2018. Tak ayal, semakin banyak fans yang mengelu-elukan David Maulana dan kawan-kawan, tapi tak jarang pula haters alias para pembenci yang mencibir mereka ketika sedang tampil di bawah performa.

Pelatih timnas U-16, Fakhri Husaini, menyadari betul akan fenomena ini. Dia pun terus berupaya semaksimal mungkin agar para pemainnya tak terkena sindrom bintang serta bagaimana mengelola mental pemain yang sedang dihujat oleh masyarakat melalui media sosial.

Berbagai cara dilakukan mulai dari peringatan yang bersikap lembut hingga bersikap tegas. Termasuk adanya pembatasan penggunaan ponsel genggam untuk para pemain.

"Kemarin kami kasih waktu setengah jam saja, pernah juga satu jam, pernah juga setengah hari. Jujur handphone itu musuh saya paling utama," ujar Fakhri. 

"Saya ingin pemain harus tetap membumi, tidak merasa sudah menjadi bintang karena mereka belum menjadi bintang. Sehebat apa pun capaian mereka, mereka belum menjadi bintang. Penting buat pemain semua mereka harus introspeksi, mereka di mata saya 23 pemain ini sama semua," tegas Fakhri.  

Meski begitu, Fakhri mengakui tak bisa membendung banjirnya pujian terhadap skuat asuhannya baik dari media maupun media sosial. Hal itu yang menjadi tantangan untuk mantan kapten timnas Indonesia ini.

"Mungkin bagi sebagian pemain yang memang kuat dalam mengelola popularitas itu, gak masalah, tapi yang gak sanggup yang tiba-tiba mendapat pujian seperti itu, nah ini yang susah, kemudian besoknya dihujat juga lagi. Justru tugas saya setelah di babak penyisihan grup itu lebih banyak aspek mentalnya. Ini penting buat saya untuk menyamakan satu visi kembali dengan semua pemain, mereka harus bertahan dengan komitmen yang sudah kami sepakati bersama sebelumnya," jelas mantan pemain PKT Bontang ini.

"Saya sudah beberapa kali mendapati beberapa pemain di tim ini yang star syndrome (sindrom bintang). Sudah terlalu banyak Indonesia kehilangan pemain sepakbola berbakat karena tulisan di media itu lebih hebat dari penampilannya. Kalau kalian mau puji anak-anak tidak usah terlalu berlebihan, mereka masih calon bintang, belum jadi bintang. Memang itu hak media, tapi tolong lebih proporsional. Saya tidak melarang mereka menjadi bintang, tapi saat ini masih belum," tuturnya.

Fakhri menambahkan, jika di usia 16 tahun para pemain sudah salah urus, itu akan berakibat fatal ketika pemain yang bersangkutan sudah menginjak level profesional atau senior.

"Basic (dasar)nya tuh harus kuat di sini, bukan cuma basic mengenai aspek teknik, taktik, fisik, tapi mental juga. Saya enggak kebayang kalau mereka kami kelola tanpa kontrol yang kuat. Dan tugas saya bukan hanya menjadikan mereka pemain bola yang hebat dari aspek teknik, fisik, dan taktik saja. Kalau mentalnya brengsek, saya merasa diri saya yang gagal," tuturnya.

Sementara itu, psikolog timnas U-16, Laksmiari Saraswati, mengatakan seluruh ofisial tim mencoba bersikap sabar dalam membimbing Andre Oktaviansyah dan kawan-kawan. Mereka pun mencoba untuk memberikan arahan kepada para pemain timnas U-16 agar bisa menjaga diri ketika ada yang memuji maupun membenci.

"Kami harus bisa menunjukkan ini adalah bagian dari proses, pemain harus bisa menanggapi masalah dengan bijaksana. Memang ada yang bisa cepat menerima, ada yang gak peduli, ada yang dibawa dengan hati, serta ada yang kesal tapi habis itu dilupain. Sebenarnya di tim ini lebih banyak yang tidak peduli (dengan komentar di medsos). Jadi ini semua tergantung bagaimana kami memagari mereka, itu kenapa coach Fakhri membatasi pakai handphone," jelas wanita yang akrab disapa Asti ini.

 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

A post shared by Goal Indonesia (@goalcomindonesia) on

Footer Bannes Piala AFC U=16
Iklan