Fakhri Husaini Ungkap Perbedaan Situasi Penalti Final Piala AFF U-16 2018 & SEA Games 1997

Tim nasional (timnas) Indonesia U-16 sukses menjadi juara Piala AFF U-16 2018. Itu setelah, mereka menaklukkan Thailand U-16 lewat adu penalti, skor akhir 5-4, pada partai final di Stadion Gelora Delta, Sidoarjo, 11 Agustus lalu.

Pelatih timnas Indonesia U-16, Fakhri Husaini, mengungkapkan kenangannya ketika final SEA Games 2017. Kala itu, Fakhri yang memperkuat timnas Indonesia berhasil mengantarkan tim Merah Putih melaju ke partai final.

Bermain di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Jakarta, para pemain Indonesia mendapatkan dukungan penuh dari suporter pada laga final yang ketika itu juga menghadapi Thailand. Situasinya hampir sama, pertandingan ini harus diakhiri lewat drama adu penalti, setelah dalam waktu 2x45 menit bermain imbang 1-1.

Sayang, dalam babak adu penalti itu, dua algojo Indonesia, Ronny Wabia dan Uston Nawawi gagal melaksanakan tugasnya dengan baik. Sebelumnya Aji Santoso dan Fakhri mampu menjalankan tugasnya sebagai eksekutor dengan sempurna. Sebaliknya, empat penendang awal Thailand berhasil mencetak gol lewat titik putih. Thailand akhirnya merengkuh medali emas pada edisi SEA Games tersebut.

Fakhri pun mengungkapkan perbedaan situasi yang terjadi jelang adu penalti antara final Piala AFF U-16 2018 dengan SEA Games 1997. 

"Ketika saya menunjuk (Sutan Diego Armando) Zico, (Amiruddin) Bagus, David (Maulana), Rendy (Juliansyah) & Brylian (Neghieta Dwiki Aldama) sebagai eksekutor penalti, tidak ada satu pun yang menolak. Saya bangga sekaligus terharu dengan keberanian mereka," tulis Fakhri, melalui akun instagram pribadinya.

"Berbeda saat adu penalti final SEA Games 1997 di GBK, juga lawan Thailand. Beberapa pemain menolak menjadi eksekutor. Tendangan penalti bukan hanya soal teknik, taktik, fisik, yang utama adalah mental. Terima kasih, boys," tambah mantan kapten timnas Indonesia itu. 

 

Goal