Messi Jordi Alba CHelsea Barcelona Champions LeagueGetty Images

Di Camp Nou, Chelsea Memburu Kesempurnaan


OLEH    SANDY MARIATNA     Ikuti di twitter

Banjir pujian mengelilingi Antonio Conte selepas Chelsea besutannya menahan imbang Barcelona 1-1 dalam leg pertama babak 16 besar Liga Champions pada 21 Februari lalu. Meski menerapkan taktik bertahan, Conte membuat The Blues terlihat sebagai tim yang lebih baik di Stamford Bridge.

Banyak yang mengatakan, Chelsea harusnya menang andai dua tembakan jarak jauh Willian tidak digagalkan mistar. Conte dan pasukannya bermain nyaris tanpa cacat, almost perfect, 99 persen. Namun untuk tim sekelas Barcelona, selisih satu persen itu bisa dieksploitasi untuk membuat tim lawan jengkel setengah mati.

Dalam narasi ini, satu persen itu terwujud dalam kesalahan oper Andreas Christensen di menit ke-75. Lionel Messi pun leluasa membikin gol tandang krusial yang membuat Barcelona lebih diunggulkan dalam leg kedua di Camp Nou, Kamis (15/3) dini hari WIB.

Artikel dilanjutkan di bawah ini

Sepakbola memang terkenal kejam jika sebuah tim kekurangan faktor satu persen tersebut. Tak perlu repot-repot memutar memori ke pertandingan lain. Cukup menilik penalti gagal Messi di Camp Nou enam tahun silam, juga dalam duel Barcelona versus Chelsea di leg kedua semi-final Liga Champions 2011/12.

Hanya karena kegagalan itu, Barca akhirnya harus tersingkir dramatis di tangan sepuluh pemain Chelsea arahan Roberto Di Matteo, yang ditandai oleh gol terpenting Fernando Torres dalam kariernya berseragam biru. Messi menangis di ruang ganti dan tiga hari sesudahnya pelatih Blaugrana Pep Guardiola mengumumkan mundur dari jabatannya.

Di benak fans Chelsea, laga itu begitu indah membekas. Mereka tentu berharap Camp Nou akan kembali berbaik hati kepada The Blues pada tengah pekan ini. "Jika Anda ingin menang di laga seperti ini, Anda harus tampil sempurna," kata Conte dalam jumpa pers.

Andreas Chritensen, Lionel Messi, Chelsea vs BarcelonaGetty

"Kami akan mengawali laga dengan konsentrasi penuh, berpikir jernih di setiap momen, dan siap untuk menderita [ketika diserang]. Lalu ketika mendapatkan bola, kami harus yakin untuk bisa menciptakan peluang," imbuhnya.

Soal strategi tim, Conte tak perlu dipertanyakan. Sejarah membuktikan, setiap menghadapi tim yang bergaya Spanyol, Conte hampir selalu menemukan jalan keluar. Ia pernah membuat timnas Spanyol tak berkutik di Euro 2016 dengan cukup berbekal pemain seperti Emanuele Giaccherini, Graziano Pelle, Mattia De Sciglio, dan Eder.

Betul bahwa taktik semacam itu bisa buntu dan rawan kritik, seperti saat Chelsea dibekap Manchester City 1-0 pada pekan lalu. Namun jika sedang menjalani hari yang baik, siapa sanggup membantah bahwa Conte adalah sang maestro taktik.

Antonio ConteGetty

Frank Lampard boleh saja menyarankan Conte untuk memasang Alvaro Morata di Camp Nou alih-alih memakai Eden Hazard sebagai false nine. “Pada 2012, Torres menunjukkan apa yang bisa dilakukan oleh striker murni untuk melukai Barcelona,” tulis Lampard dalam kolomnya di Evening Standard .

Meski demikian, Conte tentu lebih paham dengan situasi di lapangan ketimbang Lampard. Terlebih, ini adalah laga terpenting Chelsea di musim ini. Sebuah kemenangan di Camp Nou barangkali akan menutup seluruh performa inkonsisten Chelsea di sepanjang musim. Sejumlah tips berikut ini bisa dipakai Conte untuk melumpuhkan Barca.

Pertama, Chelsea bisa meniru Espanyol, satu-satunya tim yang mengalahkan Barcelona di musim ini. Terjadi di leg pertama perempat-final Copa del Rey, Espanyol dengan cerdik mencegah Barcelona membangun serangan sejak dari belakang. Mereka mengepung ketat Sergio Busquets dan bahkan Marc Andre ter Stegen sehingga Barca tak nyaman melakukan umpan-umpan pendek khasnya.

Messi Jordi Alba CHelsea Barcelona Champions LeagueGetty Images

Memutus suplai bola dari sisi kiri menjadi tips berikutnya. Sepeninggal Neymar, Barcelona ternyata tetap dominan di sektor ini berkat performa sensasional Jordi Alba. Sudah tiga gol dan sepuluh assist dibukukan oleh Alba di musim ini, menjadikan sang bek kiri sebagai pelayan terbaik buat Messi dan Luis Suarez.

Selain itu, Conte bisa mengincar faktor kelelahan Barcelona. Sejak pergantian tahun, pasukan Ernesto Valverde hampir selalu bermain tiga hari sekali sehingga kerap kedodoran. Ini terlihat saat Barca bermain seri kontra Espanyol, Getafe, dan Las Palmas di La Liga. Berbekal banyak pemain berstamina tinggi seperti Cesar Azpilicueta, N’Golo Kante, dan Willian, Chelsea punya amunisi mumpuni untuk menguber fisik Messi dkk.

Atau Conte sebetulnya tinggal menyempurnakan formula miliknya di leg pertama. Jika Conte pernah melukai Spanyol dengan Giaccherini, jika Di Matteo pernah melukai Barcelona dengan Torres, mengapa ia tidak bisa melakukannya dengan Hazard dan Morata di Camp Nou?

Iklan