Tottenham Hotspur v Fulham - Premier LeagueGetty Images Sport

Thomas Frank Terancam Dipecat?! Pemain Tottenham Murka & Frustrasi Dengan Gaya Bermain Sang Manajer

  • Frank mulai kehilangan kendali di ruang ganti

    Menurut laporan dari The Sun, sumber yang dekat dengan ruang ganti Tottenham Hotspur mengindikasikan bahwa terdapat ketidakpastian dan kebingungan yang semakin meningkat di antara para pemain di bawah asuhan Frank. Laporan tersebut menyoroti seringnya pergantian peran pemain di menit-menit terakhir – dengan penyesuaian taktik yang dilakukan tepat sebelum kick-off atau bahkan dibatalkan sepenuhnya di awal pertandingan – sebagai faktor utama di balik memudarnya otoritas Frank di ruang ganti. Para pemain Spurs tidak puas dengan gaya kepelatihan Frank dan serangkaian hasil buruk belakangan ini semakin memperparah situasi.

    Setelah kekalahan 2-1 dari Fulham, mantan pelatih Brentford itu menegaskan bahwa ia tetap mendapatkan dukungan dari petinggi klub, tetapi tidak dapat disangkal bahwa ia berada di bawah tekanan yang semakin besar untuk membalikkan keadaan, dimulai dengan kunjungan ke St. James' Park melawan Newcastle yang sedang bangkit.

    Lebih lanjut, ia juga akan ditugaskan untuk menjaga kekompakan di ruang ganti dan terus memimpin. Beberapa pemain senior dikabarkan tidak yakin dengan peran dan tanggung jawab mereka selama pertandingan, dengan kekalahan 5-3 dari Paris Saint-Germain di Liga Champions pekan lalu menjadi contoh ketika perubahan taktik di menit-menit akhir menyebabkan kebingungan. Meskipun beberapa anggota skuad diyakini menikmati bekerja di bawah Frank, ada kekhawatiran bahwa ia berisiko kehilangan dukungan yang lebih luas kecuali performa dan hasil pertandingan segera membaik.

  • Iklan
  • FBL-ENG-PR-EVERTON-TOTTENHAMAFP

    Frank dibungkam oleh Van de Ven dan Spence

    Setelah kekalahan tipis 1-0 di kandang sendiri dari Chelsea di awal November, Micky van de Ven dan Djed Spence langsung menuju terowongan tanpa menyapa para pendukung, yang membuat Frank terkejut sekaligus kecewa. Ia terpaku di tempat setelah melihat dua pemainnya meninggalkan lapangan tanpa menunjukkan apresiasi kepada para penggemar, sebuah momen yang bisa dibilang sebagai tanda-tanda awal perpecahan antara skuad dan pelatih.

    “Semua pemain, tentu saja, frustrasi. Mereka ingin bermain bagus, mereka ingin menang, mereka ingin tampil maksimal. Saya mengerti itu," ujar pemain Denmark itu kepada wartawan setelah pertandingan. “Saya pikir sulit untuk konsisten di saat-saat baik maupun buruk, itulah mengapa saya selalu menyapa para penggemar. Lebih menyenangkan ketika kami menang, saya bisa katakan itu.”

    Ketika ditanya apakah "dapat diterima" bagi kedua pemain untuk mengabaikannya, Frank menjawab: "Saya mengerti mengapa Anda bertanya demikian. Tapi saya pikir itu salah satu, bisa dibilang, masalah kecil. Kami punya Micky van de Ven dan Djed Spence yang sudah melakukan segalanya. Mereka tampil sangat baik sejauh musim ini. Semua orang frustrasi. Kami melakukan sesuatu dengan cara yang berbeda, saya rasa itu bukan masalah besar."

  • Tanda-tanda perpecahan antara Spurs dan penggemarnya

    Kekalahan dari Fulham merupakan pukulan telak bagi Spurs musim ini, serta moral mereka secara keseluruhan menjelang paruh kedua musim. The Cottagers unggul dua gol dalam enam menit pertama, dan tim asuhan Marco Silva harus berterima kasih kepada kiper Spurs Guglielmo Vicario atas kesalahannya.

    Kesalahan penjaga gawang Italia itu memicu keriuhan ejekan dan cemoohan, yang membuat bos Spurs tersebut marah setelah pertandingan. "Saya tidak suka para penggemar kami langsung mencemoohnya setelah pertandingan dan beberapa kali dia menyentuh bola," tegasnya dengan nada menantang. "Mereka tidak bisa menjadi penggemar Tottenham sejati karena semua orang saling mendukung saat berada di lapangan. Dan kami melakukan segala yang kami bisa untuk tampil baik. Setelahnya, wajar saja, cemoohan, tidak masalah. Tapi tidak selama pertandingan. Menurut saya, itu tidak bisa diterima."

    Bahkan, Pedro Porro pun tak kuasa menahan diri untuk tidak memaki para penggemar. Melalui Instagram, ia membela rekan-rekan setimnya, menulis bahwa "yang tidak akan saya toleransi adalah mendengar ketidakhormatan dari para penggemar kepada rekan-rekan setim saya, sehingga saya frustrasi di akhir pertandingan."

    Di tengah performa yang sulit, hal terakhir yang dibutuhkan para pemain Spurs dan Frank adalah hubungan yang tegang dengan para penggemar. Dukungan mereka yang tak tergoyahkan, seperti yang telah terjadi selama bertahun-tahun, dapat menjadi katalis yang dibutuhkan untuk membalikkan keadaan, bahkan melawan segala rintangan.

  • Paris Saint-Germain v Tottenham Hotspur - UEFA Champions League 2025/26 League Phase MD5Getty Images Sport

    Frank sedang dalam sorotan

    November adalah bulan yang sangat sulit bagi Spurs. Mereka kalah empat pertandingan dan seri sekali, dengan satu-satunya kemenangan mereka diraih di Liga Champions melawan Copenhagen. Setelah meraih 17 poin dari sembilan pertandingan liga pertama mereka, The Lilywhites telah menjalani empat pertandingan Liga Primer tanpa kemenangan. Terlebih lagi, hanya empat tim yang meraih poin lebih sedikit, atau bahkan lebih sedikit, dari total poin Spurs yang hanya empat poin dari lima pertandingan liga terakhir.

    Terlepas dari itu, laporan menunjukkan bahwa pelatih berusia 52 tahun itu tetap mendapat dukungan dari petinggi Spurs, yang tetap bersikeras memberi Frank lebih banyak waktu untuk memberikan pengaruh taktisnya pada skuad.

    Laga berat melawan Newcastle, Liverpool dan Crystal Palace menanti pasukan Frank di bulan Desember. Sangat penting bagi Spurs untuk meraih hasil positif, tidak hanya untuk membebaskan Frank dari tekanan yang tak terhindarkan jika tidak ada kemajuan, tetapi juga untuk menghilangkan keraguan para pemain tentang taktik dan manajemen sang manajer.