Sejumlah nama lain juga pantas diperhitungkan masuk ke dalam daftar ini. Dua kiper asal Asia, Cho Hyun-woo (Korea Selatan) dan Alireza Beiranvand (Iran), tampil memikat dengan melakukan sejumlah penyelamatan penting. Perlu diingat pula persaingan grup mereka yang terhitung berat. Selain Diego Godin (Uruguay) yang membentuk duet sehati dengan Jose Gimenez di pertahanan Uruguay, ada pula bek muda Kolombia, Yerry Mina, yang telah mengumpulkan dua gol di turnamen ini. Keduanya merupakan gol vital bagi timnya.
Marcelo (Brasil) menjadi nama terdepan yang pantas diperhitungkan mengisi posisi bek kiri. Sayangnya sang pemain mengalami cedera punggung pada laga grup terakhir. Nama pemain Amerika Latin kembali muncul di posisi tersisa di lini belakang. Luis Advincula (Peru) tampil menggebrak sebagai bek kanan yang agresif dan cepat. Bek 28 tahun ini menjadi salah satu faktor yang membuat banyak fans jatuh hati pada penampilan Peru.
Di posisi gelandang, pantas dikedepankan nama Salman Al Faraj (Arab Saudi) yang secara mengejutkan memiliki jumlah operan dan tingkat akurasi yang tinggi. Dua kreator yang layak disandingkan dengan Al Faraj adalah Christian Eriksen (Denmark) dan Carlos Sanchez (Uruguay). Eriksen adalah nyawa bagi Denmark, sedangkan Sanchez menjadi jawaban bagi Uruguay yang tidak memiliki playmaker maupun sayap murni.
Tiga nama di lini depan pantas menjadi bahan perdebatan. Neymar (Brasil) menyuguhkan gaya rambut dan kemampuan dribel yang menyita perhatian. Meski tak semua mengagumi kecenderungannya untuk jatuh secara dramatis dalam setiap duel perebutan bola. Daya imaginasi Wahbi Khazri (Tunisia) bahkan melebihi tim sendiri sehingga layak diandalkan pelatih mana pun di Piala Dunia kali ini. Terakhir, untuk memelihara kerinduan kita menyaksikan kelahiran kembali target man klasik, mari memilih Son Heung-min (Korea Selatan) yang tak pernah berhenti menyuguhkan semangat juang hingga menit terakhir pertandingan.