OLEH AHMAD REZA HIKMATYAR Ikuti @rezahikmatyar di twitter
Mesin gol Toronto FC yang berkompetisi di Major League Soccer, Sebastian Giovinco, mengungkap jasa besar yang telah Juventus berikan padanya.
Giovinco merupakan pemain lulusan akademi Juve, yang pernah berkarier profesional di raja Serie A Italia tersebut pada pada 2006 hingga 2015. Meski gagal jadi bintang, penyerang 30 tahun itu mengaku tak pernah menyesal jadi bagian La Vecchia Signora.
Pemain yang akrab disapa Seba ini menyebut Juve telah mengajarinya untuk selalu menang dengan rasa hormat. Pelajaran itu sudah didapatkannya sejak usianya masih sembilan tahun, ketika bergabung ke akademi klub.
Getty"Kami bukan orang berada. Kami tinggal hanya 15 mil dari stadion Delle Alpi, tapi tak pernah mendapatkan tiket untuk menonton Juventus. Kami tak mampu membeli peralatan [sepakbola] apapun. Saya ingat ayah saya, yang seorang pekerja besi, harus menabung setahun penuh untuk membelikan saya sepatu pertama. Saya tak peduli jenis sepatunya. Berada di lapangan adalah satu-satunya hal yang penting," buka Giovinco, seperti dikutip The Players Tribune.
"Ketika saya berusia 15 atau 16 tahun, saya tak mendapatkan banyak waktu bermain. Dalam sebagian besar perjalanan pulang, saya hanya duduk di mobil dan menangis. Suatu hari Ayah menghentikan mobil dan mengatakan bahwa dia tak akan kembali ke Juve bila saya terus menangis. Dia bilang membawa saya ke akademi untuk bahagia, bukan bersedih.
"Sejenak saya berpikir dan kemudian saya bersumpah tak akan menangis dan hanya akan bekerja dan menang. Jujur, itu adalah semua yang diharapkan oleh Juve. Tanpa air mata. Berikan segalanya. Ada mentalitas seperti ini di Juve dan itu cukup sederhana, yakni menang!
"Mereka mengajarkan Anda rasa hormat dan untuk menang dengan terhormat. Tapi di penghujung hari, semua bermuara pada satu hal. Kemenangan! Pola pikir itu ditanamkan pada diri saya sejak saya pertama kali tiba di Juve. Hanya menang! Itulah yang juga wajib Toronto canangkan di setiap musim," pungkasnya.


