AS Roma GFX ID

"Romantada" Sederhana AS Roma


OLEH    AHMAD REZA HIKMATYAR Ikuti @rezahikmatyar di twitter

"Remuntada" jadi sebuah kata berbahasa Catalan yang mendadak viral di jagat sepakbola musim lalu. Kata yang memiliki arti comeback itu seketika muncul atas comeback fantastis tim kebanggaan Catalan, Barcelona, saat lolos ke perempat-final Liga Champions 2016/17.

Takluk 4-0 pada leg pertama di markas Paris Saint-Germain, Barca sukses menjalani misi mustahil untuk lolos dengan balik membantai PSG 6-1 di leg kedua guna lolos lewat agregat 6-5.

Namun siapa sangka setahun berselang kata "remuntada" diubah publik Kota Abadi, Roma, menjadi "romantada"  seiring keberhasilan klub kebanggaan mereka, AS Roma, lolos ke semi-final Liga Champions musim ini. Tim Serigala melakukannya melalui comeback atas Barca, dengan menang 3-0 di leg kedua usai dihajar 4-1 pada leg pertama.

AS Roma - Barcelona GFX IDAS Roma - Barcelona GFX ID

Spektakuler? Tentu saja. Menimbang kebesaran klub, kualitas skuat, sejarah yang dimiliki di Liga Champions, performa terkini, hingga hasil di leg pertama, nyaris tak ada celah yang dimiliki Roma untuk menendang Barca dari kompetisi antarklub paling prestise di Eropa itu.

Apalagi Roma sebelumnya tak pernah lolos ke semi-final Liga Champions. Duel ini juga jadi peringatan 11 tahun kekalahan telak 7-1 mereka dari Manchester United, di leg kedua perempat-final Liga Champions 2006/07 lalu.

Roma memang pernah lolos ke semi-final bahkan melenggang ke final, tapi itu terjadi dalam era Piala Champions tepatnya di musim 1983/84. Musim yang mungkin tak ingin dikenang para Romanisti lantaran akhirnya takluk oleh Liverpool di final, yang ironisnya berlangsung di Olimpico Roma.

Tidak heran bila kemudian hegemoni Kota Abadi atas keberhasilan Roma lolos ke semi-final, nyaris menyaingi perayaan Scudetto Roma pada 2001 silam. Berlebihan? Mungkin, tapi itu terasa wajar menilik segala fakta yang terpapar di atas. Lantas bagaimana "romantada" ini bisa dipandang sederhana?

AS Roma GFX ID

Dilihat dari kacamata taktik, apa yang dilakukan Roma sejatinya tidak benar-benar fantastis. Mengintip statistik musim ini dan performa mereka pada leg pertama di Camp Nou, gap dengan Barca tidaklah sejauh kelihatannya.

Di bawah Eusebio Di Francesco (EDF), Roma bukanlah tim yang buruk secara permainan. Selain Napoli, Il Giallorossi merupakan alternatif utama buat penikmat sepakbola untuk terhibur ketika menyaksikan Serie A Italia.

Namun mengapa Roma hanya duduk di peringkat empat Serie A hingga masih terancam tak lolos ke Liga Champions musim depan? Jawabannya karena mereka bermasalah dengan mentalitas dan efektivitas.

Untuk mentalitas, EDF sudah berulang kali mengecam sikap timnya yang sulit fokus selama 90 menit terutama menghadapi partai-partai ringan. Sementara efektivitas, seperti dilansir Opta, Roma merupakan tim dengan jumlah tembakan tertinggi di Serie A musim ini (557 kali), tapi ada di peringkat 13 soal konversi peluang (12 persen).

Kasusnya tak berbeda di Liga Champions. Duduk di peringkat lima soal jumlah tembakan (136 kali), Roma terdampar di peringkat 19 dalam hal konversi peluang (14 persen). Untungnya mental mereka jauh lebih terjaga di ajang ini.

Daniele De Rossi GFX ID

Segalanya kemudian terlihat pada leg pertama di Camp Nou lalu. Meski dihajar 4-1, Roma sebenarnya tidaklah bermain seburuk yang terpampang di papan skor.

Sayangnya mereka tak klinis memanfaatkan sederet peluang yang hadir, tak dinaungi keberuntungan dalam bertahan, dan dirugikan wasit. Dua dari empat gol Barca terjadi karena bunuh diri, dengan Roma yang berhak mengklaim dua penalti.

"Kami sudah merasakannya dan saya pikir gap kami dengan Barca tidaklah sejauh yang orang-orang pikir. Wasit merugikan kami, tapi kami juga gagal memanfaatkan beberapa peluang emas. Skor 4-1 tidak merefleksikan jalannya laga," tutur sang kapten, Daniele De Rossi, dilansir Sport Premium.

Sederhananya Roma "hanya" harus menyingkirkan dua penyakit akutnya, untuk wujdukan "romantada" pada leg kedua di Olimpico. Dan itulah yang benar-benar mereka lakukan, dengan tampil efektif dan fokus penuh selama 90 menit laga.

AS Roma - Barcelona GFX ID

Kredit khusus tentu layak diberikan pada EDF, yang mengubah formasi andalan 4-3-3 menjadi 3-4-2-1. Roma diinstruksikannya untuk mendominasi bola, bermain menyerang, dengan memaksimalkan aliran bola dari tengah, alih-alih bola diagonal melalui winger yang biasa mereka lakukan.

EDF tahu di bawah Ernesto Valverde, Barca tak ragu bermain pragmatis yang sejatinya tak sesuai dengan filosofi klub. Pertahanan Blaugrana musim ini memang kerap mendapat sanjungan, tapi itu lebih karena fantastisnya performa Andre Ter Stegen di bawah mistar bukan lantaran taktik.

Karenanya EDF berani memaksakan dominasi bola, sembari berharap penyakit efektivitas tak muncul plus Ter Stegen tampil buruk atau setidaknya standar. Hasilnya? Tiga gol sesuai kebutuhan mereka dapat dari total 17 tembakan, tanpa kebobolan. La Magicca pun lolos dengan keunggulan gol tandang dalam agregat 4-4.

Secara mentalitas, Roma juga sempurna. Alessandro Florenzi cs begitu dewasa, berani mengatur tempo, tanpa perlu buru-buru memburu gol. Sebaran gol juga lahir dalam waktu yang ideal tanpa unsur yang terlampau dramatis, yakni di menit 6, 58, dan 82. Ya, segala sesuatu yang seharusnya konsisten mereka lakukan musim ini.

Ernesto Valverde GFX ID

"Setiap kali menghadapi klub besar, kami mampu menang atau setidaknya mendapat hasil positif. Mungkin selama ini semua salah kami, karena ketika menjadi favorit kami cenderung meremehkan. Padahal potensi kami begitu besar," ungkap Dzeko pada Mediaset Premium, yang jadi bintang kemenangan atas Barca.

Valverde pun mengakui bahwa Roma tim yang lebih baik di atas lapangan. "Inilah mengapa saya tak pernah yakin dengan keunggulan 4-1 kami. Roma adalah tim hebat, kali ini mereka memaksa kami keluar dari zona nyaman, mereka menggiring kami sesuai kemauan mereka, dan kami tidak pernah dibuat stabil. Selamat untuk Roma," ujarnya jantan, seperti dikutip TV 3.

Roma pun resmi jadi kejutan terbesar di Liga Champions musim ini. Mereka memulainya dengan mengangkangi Chelsea dan Atletico Madrid, menyingkirkan raja Ukraina, dan kini menendang salah satu favorit utama turnamen. 

Jika sanggup konsisten memaksimalkan potensi yang mereka miliki, tampil di final untuk kali pertama di era Liga Champions bukan lagi sekadar khayalan. Satu hal lagi, kini muncul kosakata baru dalam bahasa tradisional Romawi yakni "Romantada".

LIMA ARTIKEL TOP PEKAN INI I
1.Barcelona Jadi Pemenang Dalam Derbi Madrid
2.Ander Herrera Ludahi Lambang Manchester City?
3.Mimpi Buruk Derbi Bisa Berbuntut Panjang Buat Manchester City
4.Bek Johor Darul Takzim Ingin Pindah Ke Persija Jakarta Atau Persib Bandung
5.Marko Simic & Ismed Sofyan Pimpin Statistik Ini Di Piala AFC
Iklan
0