Setelah 2016, viking clap kembali menggema di stadion sepakbola. Kali ini cakupannya meluas, yaitu ke pentas Piala Dunia.
Sorakan khas fans Islandia itu sudah dikenal fans sepakbola seluruh dunia ketika Strákarnir Okkar tampil di Euro 2016. Turnamen itu merupakan penampilan pertama mereka di turnamen besar sepakbola. Islandia mampu lolos hingga babak perempat-final. Salah satu kejutan besar mereka lakukan saat menyingkirkan Inggris di babak 16 besar.
Sebagai negara dengan populasi 335 ribu jiwa, Islandia bukan tim yang diperhitungkan di peta sepakbola dunia. Fakta itu mulai dilupakan. Apalagi setelah hasil positif yang mereka raih pada penampilan debut partisipasi Piala Dunia dengan membendung Argentina 1-1, Sabtu (16/6) malam.
Sadar dengan keunggulan teknik para pemain lawan, terutama Lionel Messi, Islandia menumpuk banyak pemain di depan kotak penalti sendiri. Mereka lebih banyak pasif, tetapi tidak memprioritaskan perebutan bola. Seperti hanya ingin menunggu para pemain Argentina melakukan kesalahan sendiri.
Pada menit ke-19, pendekatan ini menjadi bumerang. Sergio Aguero memperoleh celah menerima umpan Marcos Rojo di dalam kotak penalti. Sekali kontrol, Aguero melepaskan tendangan kaki kiri keras ke pojok gawang Hannes Halldorsson.
Keunggulan Argentina hanya bertahan empat menit. Berawal dari serangan kombinasi dari sayap kiri, pemain Argentina gagal menyapu bersih bola. Alfred Finnbogason berdiri di posisi yang tepat saat menyambar bola liar. Gol penyama kedudukan itu sekaligus menjadi gol perdana Islandia pada partisipasi Piala Dunia.

Pendekatan pasif Islandia tercermin dari jumlah operan yang mereka lakukan, yaitu hanya 208 operan sepanjang pertandingan. Sebanyak 27 persen di antaranya merupakan umpan panjang. Bandingkan dengan Argentina yang melakukan 752 kali operan.
Argentina kian frustrasi. Hadiah penalti pada menit ke-63 gagal menghasilkan gol. Eksekusi penalti Messi mampu dimentahkan Halldorsson. Sang kiper total melakukan enam penyelamatan dari tujuh tendangan yang mengarah ke gawangnya.
Taktik yang diusung tim asuhan Heimir Hallgrimsson mungkin tidak enak dipandang dan bukan selera semua orang, tetapi kolektivitas para pemain Islandia layak dikagumi. Setelah kebobolan, mereka tak lagi membiarkan lawan memperoleh celah untuk melepaskan umpan berbahaya.
Taktik itu yang memaksa pelatih Argentina, Jorge Sampaoli, menarik keluar Lucas Biglia dengan Ever Banega di awal babak kedua. Pergantian itu ditujukan guna meringankan kerja Messi, yang lebih banyak beroperasi di lini tengah akibat gaya defensif Islandia.
Skor 1-1 bertahan hingga pertandingan selesai. Islandia berhasil meraih poin pada penampilan debutnya. Tidak perlu impresif, tetapi efektif. Kini dunia menanti kejutan seperti apa yang bisa dilakukan Islandia pada laga berikutnya melawan Nigeria, Jumat mendatang.
