OLEH AHMAD REZA HIKMATYAR Ikuti @rezahikmatyar di twitter
Barcelona berhasil memetik kemenangan mudah atas Las Palmas lewat skor telak 3-0, dalam lanjutan La Liga Spanyol jornada tujuh, Minggu (1/10) malam WIB.
Hasil tersebut mengukuhkan posisi Barca di puncak klasemen, lewat kesempurnaannya menyapu bersih tiga poin dalam tujuh jornada terakhir. Mereka juga catatkan rekor kemenangan beruntun baru di La Liga, lewat 14 kemenangan beruntun yang dimulai sejak 15 April lalu.
Hebat, tapi menilik lawannya adalah Las Palmas, hegemoninya jadi terasa biasa saja untuk Barca. Blaugrana unggul segalanya dan akan jadi tragedi jika sampai kehilangan tiga poin atas tim asal kepulauan Canaria tersebut. Meski begitu duel "biasa" ini mendadak jadi punya arti mendalam, yang membuat kemenangan Lionel Messi cs jadi tak sesederhana kelihatannya.
Apalagi alasannya jika bukan karena referendum Catalunya. Seperti diketahui jika pada Minggu (1/10), pemerintah Catalunya menggelar referendum untuk melepaskan diri dari negara Spanyol.
Meski pemerintah Spanyol menganggap referendum tersebut tidak konstitusional, tapi harus diakui jika momen itu merupakan ajang demokterbesar bagi seluruh warga Catalan untuk memerdekakan teritorinya.
Tidak heran bila kemudian kerusuhan jadi isu besar pada Minggu lalu. Dilaporkan lebih dari 800 orang terluka akibat kerusuhan yang terjadi, antara warga Catalan dan polisi pemerintah Spanyol.
Kerusuhan besar tersebut sampai-sampai membuat pemerintah Catalunya menetapkan level keamanan wilayahnya jadi siaga satu. Pertandingan yang melibatkan klub kesayangan Catalunya, Barca, menghadapi Las Palmas yang berlangsung di hari itu pun terancam dibatalkan.
Social MediaManajemen Barca sejatinya sepakat dengan ide tersebut. Menjadi tidak etis jika pertandingan tetap digelar, di tengah atmosfer demokrasi besar-besaran Catalan dan kerusuhan yang terjadi. Apalagi beberapa pemainnya yang merupakan penduduk asli Catalan juga mengikuti referendum.
Sayangnya komite kompetisi La Liga menolak kemungkinan tersebut. Mereka beralasan jika pertandingan tak bisa ditunda karena tak menemukan jadwal lain dan tak mau menyampuradukkan sepakbola dengan politik.
Barca bahkan mendapat ancaman reduksi enam poin, jika enggan melakoni pertandingan. Melalui negosiasi yang alot, Blaugrana akhirnya tetap menjalani pertandingan namun dengan syaat tanpa penonton. Hal itu dilakukan sebagai bentuk kritik dan menghargai demokrasi yang sedang terjadi di Catalan.
"Tidak bermain berarti kami akan kehilangan enam poin. Kami sudah bicara dengan eksekutif, pelatih, dan para pemain, dan kami memutuskan untuk bermain, tapi secara tertutup sebagai bentuk kritik. Hal yang paling penting adalah tidak ada poin yang hilang," terang presiden Barca, Jose Maria Bartomeu, seperti dikutip Marca.
GettyPada akhirnya Barca melakoni bentrok hadapi Las Palmas, di Camp Nou dengan tanpa penonton. Sungguh pemandangan yang aneh dan menyedihkan, mengingat Camp Nou selalui dipadati 90 ribu lebih penonton setiap kali Los Cules bertanding.
Itu jadi pertama kalinya setelah sekian lama, karena begitu sulit menemukan kapan terakhir kali Barca bermain di Camp Nou tanpa penonton. Mereka pada akhirnya memang menang 3-0, tapi tak ada raut kebahagiaan di wajah Messi cs.
Bek senior Barca yang juga mengikuti referendum Catalan, Gerard Pique, lantas menggambarkan betapa buruknya atmosfer Camp Nou tanpa kehadiran penonton dan adanya konflik alot sebelum pertandingan.
"Duel melawan Las Palmas jadi pengalaman terburuk saya sebagai pesepakbola profesional. Ada pro dan kontra di ruang ganti soal bagaimana pertandingan harusnya dimainkan atau tidak, tapi pada akhirnya kami memutuskan bermain," ungkap Pique, seperti dilansir Marca.
GoalReferendum Catalan mustahil dilepaskan dari Barca. Azulgrana merupakan klub kebanggan dan jadi salah satu simbol persatuan warga Catalan. Klub yang bediri pada 1899 tersebut juga jadi salah satu aset paling berharga di Catalunya.
Jika Catalan memutuskan merdeka dari Spanyol, artinya Barca beserta klub Catalan lainnya seperti Espanyol dan Girona harus terdepak dari La Liga. Undang-undang federasi sepakbola Spanyol (RFEF) sudah menjelaskan bahwa hanya FC Andorra yang berasal dari negara Andorra, yang diperbolehkan mengikuti kompetisi sepakbola profesional Spanyol di luar teritori Negeri Matador.
Presiden La Liga, Javier Tebas, juga sudah jauh-jauh hari menyatakan bahwa peraturan itu tak bisa diubah. Tidak heran jika ide gila bahwa Barca bakal pindah kompetisi ke Liga Primer Inggris, Serie A Italia, hingga Ligue 1 Prancis terus menyeruak.
Namun dengan mempertimbangkan segala aspek, La Liga selayaknya mengubah peraturan khusus untuk tim asal Catalannya jika akhirnya merdeka. Bersama Madrid, Barca merupakan aset paling berharga di La Liga baik dari segi bisnis maupun historis.
GettyImageBarca sendiri mungkin takkan mengalami goncangan ekonomi jika akhirnya hijrah ke liga lain, apalagi EPL yang merupakan kompetisi sepakbola paling menguntungkan di dunia. Namun sisi historis mereka yang panjang dan membanggakan tentu saja lenyap seketika.
Real Madrid sebagai antagonis abadi Barca pun patut khawatir. Mereka bisa jadi akan menjalani La Liga yang tak kompetitif hingga memungkinkan terjadinya eksodus pemain bintang. Selain itu takkan lagi ada duel terbesar tahunan, sarat sejarah, dengan keuntungan yang juga melimpah, yakni El Clasico.
"Membayangkan La Liga tanpa kehadiran Barca adalah mimpi buruk yang takkan berakhir. Kalah dari mereka adalah mimpi buruk, tapi kami selalu bisa bangun. Mari berharap isu tersebut tak jadi kenyataan," harap presiden Madrid, Florentino Perez, seperti dikutip AS .
Ya, tinggal menungu waktu hingga Catalunya mendeklarasikan kemerdekaannya. Artinya Barca dan seluruh perangkat sepakbola Spanyol hanya punya sedikit waktu untuk mencari solusi atas dampak masif yang berpotensi hadir. Mari berharap mereka bisa memutuskan jalan yang bisa menyenangkan semua pihak, terutama khalayak sepakbola dunia.
Omar Momani



