Greenwood Glazer Man Utd GFXGetty/Goal

Manchester United Gabung Liga Super Eropa? Lawan Burnley Saja Kerepotan!

Saat Manchester United susah payah mengalahkan Burnley pada Minggu (18/4) kemarin, perhatian dari sebagian besar penonton tertuju pada hal di luar lapangan.

United dilaporkan termasuk dalam kelompok 'elite' yang berencana untuk memisahkan diri dari Liga Primer Inggris dan bergabung dalam liga baru bernama Liga Super Eropa, dengan peresmiannya mungkin hanya akan menunggu waktu.

"Klub-klub yang terlibat [dalam Liga Super] harusnya malu pada diri mereka sendiri," kata mantan kapten United, Gary Neville kepada Sky Sports ketika federasi-federasi lintas negara di Eropa silih berganti mengecam proposal pemisahan diri dari induk masing-masing.

Artikel dilanjutkan di bawah ini

"Perbincangan mengenai Liga Super adalah langkah melenceng dari 70 tahun sepakbola level klub Eropa," demikian pandangan mantan manajer Neville, Sir Alex Ferguson, ketika ditanya oleh Reuters.

Neville benar. Rencana pembentukan Liga Super adalah tentang keserakahan murni dari klub-klub yang berada di puncak piramida sepakbola, dan konsekuensinya adalah ancaman dari UEFA, Federasi dan Liga Primer, karena pertandingan seperti melawan Burnley hanya akan menjadi sehjarah jika para 'elite' terus melaju dengan ambisi mereka.

United mungkin tidak akan merindukan pertandingan seperti duel lawna Burnley karena mereka tampak kerap dipaksa bekerja keras untuk mengalahkan lawan mereka tersebut.

Gol ganda Mason Greenwood dan aksi telat Edinson Cavani memastikan kemenangan pertama bagi United di Old Trafford melawan pasukan Sean Dyche dalam lima pertemuan terakhir mereka di Theatre of Dreams, dan kemenangan ganda pertama mereka di liga atas The Clarets sejak 1975/76.

Terlepas dari candaan menang susah payah, duel melawan Burnley adalah salah satu alasan di balik fans membeli tiket musiman, meski ada hasil pahit mau pun manis. Mungkin tidak selalu terasa 'super', namun itu adalah fondasi dari apa yang selalu diperjuangkan klub-klub setiap musimnya.

Tidak akan ada pesta juara bagi klub yang sudah berjaya memenangkan liga 20 kali tanpa kemenangan atas klub-klub sekelas Burnley, itu sudah pasti.

United kemungkinan tidak akan menambah koleksi gelar liga mereka menjadi 21 musim ini, meski pun rentetan hasil konsisten mereka belakangan ini hanya membuat mereka terpaut delapan poin dari pimpinan klasemen, Manchester City dengan musim masih menyisakan enam laga. Hal-hal aneh telah terjadi, tetapi tim asuhan Pep Guardiola tidak mungkin membuang kesempatan juara sama seperti yang dilakukan United pada 2012 dari posisi yang sama.

Bahwa mereka kini melihat diri di posisi yang memungkinkan untuk berbicara tentang gelar juara kendati cukup terlambat adalah bukti ketabahan dan tekad pasukan Ole Gunnar Solskjaer. Untuk pertandingan liga keempat berturut-turut, mereka gagal mencetak gol di babak pertama dalam permainan yang membosankan, namun momen ajaib Marcus Rashford setelah jeda memberikan warna tersendiri.

Mason Greenwood Manchester United 2021Getty

Solskjaer mengakui sebelum kick-off bahwa Rashford "merasa baik-baik saja" untuk pertama kalinya dalam waktu yang lama setelah bergelut dengan berbagai cedera musim ini, dan itu tercermin dalam penampilannya.

Pemain internasional Inggris itu adalah sosok yang paling cemerlang dalam lini serang United, dan selayaknya bisa mencetak assist di babak pertama setelah ia memainkan operan yang sempurna ke laju Greenwood, yang sayangnya gagal dimaksimalkan oleh kompatriotnya di tim nasional itu.

Rashford baru mencetak assistnya ketika terciptanya gol pembuka oleh Greenwood, menambah jumlah golnya menjadi delapan untuk musim ini: catatan terbaiknya.

Assitnya, yang dihasilkan setelah memperdaya Matthew Lowton dan gocekan sederhana yang membuat James Tarkowski - pencetak gol penyeimbang bagi Burnley - mati langkah adalah dua momen langka dari kualitas tim United yang menunjukkan kerja keras dan cukup efektif dalam penyelesaian akhir.

Kegagalan United yang berulang kali tampil meyakinkan melawan tim yang terancam degradasi di Old Trafford menimbulkan pertanyaan tentang bagaimana mereka yang di belakang layar di Old Trafford percaya bahwa mereka akan dapat bersaing dengan klub-klub papan atas Eropa saat ini secara reguler di Liga Super.

United sama sekali enggan memberikan komentar tentang proposal liga baru itu, pun demikian dengan Solskjaer yang terkesan bungkam selepas pertandingan lawan Burnley, malah mengatakan dirinya belum membaca berita terbaru.

Sejujurnya, memang keputusan dibuat oleh manajemen klub, bukan staf ruang ganti. Solskjaer seharusnya bukan orang yang patut menjawab pertanyaan atas 'ketamakan' para petinggi klub.

"Saya adalah penggemar Manchester United dan saya benar-benar muak. Itu [Liga Super] benar-benar lelucon," gumam Neville pada mereka yang terlibat. "Cukup, sudah cukup. Tidak ada fans sepakbola di negeri ini yang tidak akan marah."

Mantan pemain internasional Inggris itu benar. Tidak banyak hal 'super' yang bisa ditawarkan dari Manchester United saat ini, termasuk performa mereka di lapangan.

Iklan