Achraf Hakimi Inter GFXGetty/Goal

Inter Milan, Real Madrid & Borussia Dortmund: Siapa Pecundang & Pemenang Transfer Achraf Hakimi?

Pemenang dan pecundang selalu ada ketika melakukan analisis transfer. Pasti selalu ada satu tim yang lebih diuntungkan dari tim lainnya. 

Sangat jarang ada dua tim yang secara sekaligus dirugikan dalam sebuah kesepakatan transfer, tetapi demikian kejadiannya dalam kasus kepindahan Achraf Hakimi dari Real Madrid ke Inter Milan. 

Pemain tim nasional Maroko tersebut mengangkat trofi Liga Champions bersama El Real pada musim 2017/18 namun minimnya kesempatan bermain secara reguler di ibu kota Spanyol membuatnya harus tampil di Jerman selama dua tahun. 

Hakimi bangkit di Jerman. Dia memperlihatkan kemampuan serba bisa sebagai full-back dan winger dengan kontribusi 12 gol dan 17 assist dalam dua musim. 

Direktur olahraga Borussia Dortmund Michael Zorc tidak pernah menyembunyikan keinginan untuk memperpanjang masa bakti Hakimi di Signal Iduna Park, apalagi bintang berusia 21 tersebut berstatus sebaga salah satu pemain kunci di skema yang diusung Lucien Favre. 

"Kesepakatannya dengan Dortmund berakhir," kata Zorc pekan lalu. "Tetapi kami tertarik untuk berunding dan mencari solusi bersama Real dengan kemungkinan Hakimi tetap berkostum BVB musim depan."

Achraf Hakimi Borussia DortmundGetty Images

Sayang, kondisi keuangan klub yang dihajar pandemi virus corona membuat Dortmund tak berdaya. Mereka tidak kuasa menjawab permintaan mahar €40 juta yang sebenarnya terbilang tidak terlalu tinggi. 

Inter kemudian maju ke depan menggaet Hakimi, mereka bernafsu mengamankan jasa pemain yang pernah menjebol gawang I Nerazzurri dua kali yang membantu Dortmund melangkahkan kaki ke babak gugur Liga Champions. 

Hakimi sebenarnya sudah lama masuk dalam pantauan Inter dan fakta itu tidak mengejutkan mengingat dia memang memiliki bakat istimewa. 

Mantan pemain timnas Mariko Houssine Kharja, yang pernah berkostum Inter pada 2010/11, mengungkap direktur olahraga Piero Ausilio pernah bertanya tentang Hakimi pada 2017 dan menyatakan rekan senegaranya itu bakal cocok di Milan. 

"Ausilio sudah memantaunya sejak lama," ujar Kharja pada Gianluca Di Marzio. "Dua setengah tahun lalu, ketika dia masih berkostum Real Madrid dan tidak bermain, Ausilio beberapa kali bertanya tentang Hakimi. Inter adalah klub besar dan strategi Conte dipastikan cocok."

"Hakimi sangat kuat. Selama berkiprah di timnas saya tidak pernah melihat pemain seperti dia. Dia pintar dan akan mudah beradaptasi dengan sepakbola Italia."

"Pada awalnya dia mungkin akan kesulitan di fase bertahan, tetapi dia pasti bisa berkontribusi. Lagi pula, bahkan Maicon pernah kesulitan tetapi kemudian meraih treble. Hakimi sudah siap dan kemampuannya pasti meningkat."

"Bermain di stadion seperti San Siro adalah stimulus ekstra: Dia seperti saya, tidak takut apapun. Dia bermain di Madrid dan Dortmund dan pernah menang Liga Champions. Meazza hanya akan membakar semangatnya."

Setelah gemilang di Jerman, rasanya tidak ada alasan untuk meragukan Hakimi mengulang kiprah yang sama di Italia. Full-back dengan naluri menyerang ini tidak pernah takut menguasai bola, dianugerahi teknik yang mumpuni sehingga dia pasti jadi ancaman dari sektor sayap, atau ketika bergerak ke tengah. 

Komentar Kharja di atas menyoroti kelemahan bertahan Hakimi yang juga menjadi masalah di Dortmund, tetapi dia baru berusia 21 sehingga punya banyak waktu untuk memperbaiki kualitas, apalagi bekerja di bawah arahan Conte. 

Zinedine Zidane mungkin akan selamanya dikenal sebagai pelatih yang telah berhasil meningkatkan kualitas permainan Hakimi, tetapi bos Real Madrid itu sekarang tidak akan pernah punya kesempatan melihat jebolan akademi klub itu berkembang lebih jauh. 

Alasan Hakimi pergi meninggalkan Santiago Bernabeu sangat jelas. Dia ingin bermain reguler, sementara alasan El Real menjualnya agak sulit dipahami. 

Achraf HakimiGoal

Dipinjamkan ke Dortmund sejatinya merupakan opsi paling ideal karena Hakimi tetap dimiliki klub dan si pemain mendapatkan keinginannya. Andai bertahan di LaLiga Spanyol musim 2020/21, Hakimi dipastikan jadi pelapis Dani Carvajal namun dengan performa sang bek Spanyol yang angin-anginan, dia sebenarnya bepotensi jadi pengganti dan itu realistis!

Agen Alejandro Camano pada awal bulan ini mengakui jika keinginan Hakimi adalah bermain untuk Real Madrid namun dia juga menyadari harus menghabiskan beberapa tahun lagi di tempat lain untuk menjadi pemain reguler. 

"Dia ingin bermain seperti musim ini, jadi starter di setiap pertandingan," ujar Camano pada Onda Madrid. "Tidak perlu terburu-buru. Keinginannya saat ini hanyalah bermain demi perkembangan."

"Ada komunikasi yang erat dengan Real Madrid karena tim itu berharap bisa terus memantaunya. Kami juga tidak mau membuka jarak dengan mereka."

"Jadi kami akan mencapai kesepakatan atau sejenisnya terkait apakah dia bertahan atau pergi, tetapi tidak juga melupakan tujuan untuk tetap bermain di Real Madrid di masa depan, karena bagi Hakimi, Madrid adalah tim terbaik di dunia."

"Penantian itu bisa sebentar jika Real Madrid menawarkannya untuk bertahan atau sebaliknya jika El Real tidak menginginkannya. Meski demikian tujuannya tetap sama - bermain untuk tim terbaik di dunia."

Ternyata jalan panjang yang dipilih Hakimi sebelum dia bisa memperlihatkan kepiawaian mengolah si kulit bundar dengan jersey Real Madrid. Namun di waktu yang sama memunculkan pertanyaan mengapa El Real membiarkan salah satu full-back paling menjanjikan di dunia pergi ke sebuah klub yang punya ambisi berjaya di Eropa?

Iklan