Ernesto Valverde Zinedine ZidaneGetty Images

Ernesto Valverde Buat Barcelona Jadi Mesin Pemenang


OLEH    AHMAD REZA HIKMATYAR      Ikuti @rezahikmatyar di twitter

Barcelona berhasil meraih kemenangan telak 3-0 di markas Leganes, pada jornada 12 La Liga Spanyol, Minggu (19/11) dini hari WIB.

Selain karena kebangkitan Luis Suarez yang mengakhiri paceklik gol selama lima jornada sebelumnya, Anda mungkin berasumsi tak ada yang menarik di partai ini. Menang telak atas tim seperti Leganes, di atas kertas memang sudah jadi keharusan untuk klub sekelas Barca.

Namun apa yang terpapar di atas lapangan sama sekali tidak demikian. Sedikit saja Barca kehilangan fokus di partai ini, Leganes yang konsisten beredar di sepuluh besar klasemen musim ini bisa saja membuat margin skor jadi lebih ketat bahkan melenyapkan tiga poin Blaugrana.

Artikel dilanjutkan di bawah ini
Luis Suarez Barcelona LeganesGetty Images

Meski mendominasi jalannya pertandingan hingga 62 persen, Barca tidak bisa dibilang bermain sempurna di partai ini. Hal itu tampak jelas tatkala Leganes sanggup melepaskan 12 tembakan ke arah gawang, dengan tujuh di antaranya tepat sasaran.

Ketangguhan kiper utama Barca, Andre ter Stegen, menjadi begitu krusial. Dia membuat setidaknya tiga penyelamatan hingga laman statistik Whoscored tak sungkan memberinya nilai 7,15 dari 10. "Mungkin skor kemenangan setelak 3-0 [melawan Leganes] agak berlebihan untuk kami," begitu gambaran pelatih Barca, Ernesto Valverde, seperti dilansir AS.

Sejatinya bukan kali ini saja Barca harus menderita untuk petik tiga poin. Mereka juga mengalaminya saat kalahkan Real Betis, Deportivo Alaves, Getafe, Girona, Malaga, Sevilla, dan tentu saja saat ditahan imbang Athletic Bilbao. Sederhananya musim ini Azulgrana tak bermain secantik biasanya.

Ernesto Valverde GFX ID

Tapi mengapa Barca bisa konsisten meraih kemenangan hingga kini unggul sampai sepuluh poin di klasemen sementara dengan rival abadinya, Real Madrid? Jawabannya, karena Valverde sukses membuat timnya jadi mesin pemenang.

Filosofi atau gaya bermain yang selama ini dipegang teguh Barca terutama sejak era Pep Guardiola, memang penting. Itu pula alasan mereka menunjuk Valverde sebagai nakhoda anyar pengganti Luis Enrique.

Namun Valverde juga sadar bahwa hasil adalah raja. Plus kepergian Neymar, cederanya Ousmane Dembele, menuanya Andres Iniesta, plus komposisi lini tengah-belakang yang tak istimewa, sosok 53 tahun itu enggan memaksakan timnya meraih hasil dengan kewajiban bermain cantik.

Ernesto Valverde Zinedine ZidaneGetty Images

Valverde bisa dikatakan belajar dari Zinedine Zidane di Madrid. Dua kali beruntun keluar sebagai kampiun Liga Champions, Los Galacticos tak pernah dipuji karena bermain cantik. Taktik mereka adaptif, bergantung lawan dan situasi seperti apa yang dihadapi.

Pendekatan itulah yang coba dilakukanya untuk Barca musim ini. Skema ofensif 4-3-3 ditinggalkan dan berganti jadi 4-4-2. Selain untuk mengoptimalkan kualitas pemain yang diremehkan macam Gerard Deulofeu dan Paco Alcacer, formasi itu juga membuat pemainan Los Cules jadi jauh lebih seimbang.

Untuk sementara, impaknya brilian. Selain jadi tim paling subur di La Liga lewat lesatan 33 gol, Barca juga menyandang status sebagai tim dengan pertahanan terkukuh di Eropa karena baru kebobolan empat gol. Dan yang paling penting, mereka masih belum tersentuh di singgasana klasemen.

Iklan