Radamel Falcao Belgium Colombia International Friendly  11142013Getty Images

CATATAN Piala Dunia 2014: Kolombia Tak Perlu Ratapi Radamel Falcao



GOALOLEH   AGUNG HARSYA     Ikuti @agungharsya di twitter


Tanggal 22 Januari 2014, penggila sepakbola Kolombia terhenyak. Penyerang andalan mereka, Radamel Falcao, mengalami cedera saat memperkuat AS Monaco di ajang Piala Prancis melawan tim divisi empat, Monts D'Or Azergues. Selang tak berapa lama, Falcao divonis mengalami cedera ligamen parah sehingga terancam absen memperkuat Kolombia di Piala Dunia.

Artikel dilanjutkan di bawah ini

Perjuangan Kolombia mencapai Piala Dunia pertama dalam 16 tahun terakhir seperti melayang sia-sia. Muncul keraguan, apakah Kolombia tetap mampu tampil ganas tanpa diperkuat Falcao? Di babak kualifikasi Piala Dunia zona Conmebol, Los Cafeteros dengan perkasa menduduki peringkat kedua klasemen akhir. Pasukan Jose Pekerman hanya kalah dua poin dari Argentina yang keluar sebagai pemuncak zona.

Animo publik meninggi. Kolombia dinilai bisa bicara banyak di Brasil 2014. Apalagi hasil undian grup menempatkan mereka di pot unggulan sehingga terhindar dari lawan-lawan berat dari Eropa. Kolombia akan berhadapan dengan Yunani, Pantai Gading, dan Jepang di Grup C Piala Dunia. Kesempatan merebut tiket babak 16 besar ada di depan mata.

Pertanyaan tadi belum terjawab, apakah faktor absennya Falcao mengurangi hingga setengah kekuatan Kolombia? Di babak kualifikasi, Falcao bermain 13 kali dan mencetak sembilan gol. Di luar pra-Piala Dunia, Falcao berpartisipasi di dua laga persahabatan sepanjang 2013 dan mencetak satu gol.

Sembilan gol Falcao di babak kualifikasi dicetak dalam tujuh pertandingan. Kolombia tidak pernah kalah dalam semua pertandingan itu. Begitu juga dengan dua laga uji coba internasional yang dijalani bersama Falcao menghadapi Belanda dan Belgia.

Ada atau tidak Falcao, faktanya Kolombia hanya dua kali menelan kekalahan sepanjang 18 bulan terakhir. Keduanya di dapat di fase pra-Piala Dunia di markas Venezuela dan Uruguay. Sebagai tambahan informasi, Falcao bermain penuh di kedua pertandingan tersebut.

Secara statistik, kehilangan Falcao tak banyak mempengaruhi kekuatan Kolombia. Namun, tak bisa dimungkiri jika Kolombia kehilangan sosok penyerang yang disegani lawan, pemain yang pandai mengintip peluang melesakkan gol, serta seorang pemimpin yang nasihatnya dipatuhi rekan-rekan setimnya karena dia lah kini pemain yang terbilang paling sukses dalam tim Kolombia.

Di lain pihak, absennya Falcao memberi kelegaan tersendiri. Sejak Januari, media Kolombia seperti dituntut selalu memberitakan perkembangan terbaru kondisi fisik Falcao. Seperti yang dicatat Semana, penantian pulihnya Falcao dari cedera sudah mirip episode telenovela yang panjang. Semua orang penasaran, apakah Falcao pulih tepat waktu atau malah gagal mengenakan seragam Tricolor di Piala Dunia?

Kegiatan pemulihan Falcao senantiasa dipantau setiap waktu. Media massa memasang foto-foto Falcao sedang berlari, berenang, mencatat jarak serta waktu - semuanya mengukur sedekat apa El Tigre dengan peluang berpartisipasi di Piala Dunia. Komentar pelatih atau rekan setim tentang perkembangan Falcao pun selalu ditunggu. Tak jarang pula sang pemain sendiri menyiarkan perkembangan kondisi fisiknya melalui akun media sosial pribadi.

Selasa pagi waktu setempat, 3 Juni kemarin, atau sudah lewat empat bulan sejak dihantam cedera, Falcao dan Kolombia mesti menelan pil pahit kenyataan. Dengan raut muka muram, Pekerman mengumumkan Falcao gagal berpartisipasi di Piala Dunia.

"Saya hanya bisa tersenyum karena saya sudah mencoba sampai titik penghabisan," imbuh sang pemain melalui Twitter.

Kepastian itu setidaknya mengakhiri telenovela cedera Falcao. Dengan sisa sepekan sebelum turnamen dimulai, Kolombia dapat sepenuhnya berkonsentrasi menghadapi Piala Dunia tanpa harus menunggu kehadiran Falcao. Ingat, bukan cuma Falcao yang absen. Bersamaan dengan pencoretan nama Falcao, Pekerman juga menyatakan dua nama lain tidak jadi diberangkatkan ke Brasil, yaitu Luis Perea dan Luis Muriel.

Perea belum pulih dari cedera, sedangkan Muriel merupakan keputusan prerogatif sang pelatih. Nama kedua merupakan striker Udinese berusia 23 tahun yang digadang-gadang sebagai bintang masa depan Kolombia. Pencoretan Muriel menjadi kejutan sekaligus perjudian terbesar yang dilakukan Pekerman. Pelatih asal Argentina itu rupanya lebih memilih roket muda lainnya bernama Juan Quintero, gelandang serang 21 tahun asal FC Porto yang naik daun di Piala Dunia U-20 tahun lalu.

Pekerman dikenal pelatih yang gemar mengangkat bakat-bakat baru. Dia punya rekor bagus di level sepakbola junior Argentina, yaitu dengan merebut gelar juara dunia U-20 tiga kali pada 1995, 1997, dan 2001. Saat menukangi timnas senior Argentina di Piala Dunia 2006, tim asuhannya bermain atraktif sepanjang turnamen dan hanya kalah adu penalti dari tuan rumah Jerman di babak delapan besar.

Materi lini depan Kolombia sepeninggal Falcao tetap mumpuni. Lima penyerang akan menjadi andalan Pekerman, yaitu Carlos Bacca, Jackson Martinez, Adrian Ramos, Teofilo Gutierrez, dan Victor Ibarbo. Kecuali Gutierrez yang bermain untuk River Plate dan Ibarbo yang masih meretas jalan sebagai pemain potensial bersama Cagliari, semuanya merupakan perantauan Eropa yang mampu melesakkan lebih dari sepuluh gol untuk tim masing-masing musim lalu.

Pekerman tetap dapat memainkan formasi kegemarannya, 4-2-2-2, di Brasil. Fokus perhatian Pekerman bukan lah di lini depan akibat Falcao absen, melainkan lini belakang. Belum ada komposisi yang definitif dan sepanjang kuallifikasi kualitas pertahanan Kolombia banyak bersandar pada kecemerlangan penampilan penjaga gawang David Ospina.

Untuk membentengi pertahanan, Pekerman menggunakan dua gelandang bertahan. Saat menyerang, dua bek sayap diberikan izin untuk tampil leluasa maju ke depan. Gelandang serang yang diturunkan juga kerap diminta bermain melebar untuk saling membuka ruang.

Ide Pekerman lebih sederhana untuk menentukan duet lini depan. Satu pemain bertipe penyelesai didampingi oleh satu pemain poros yang menghubungkan lini tengah dan depan. Tidak ada Falcao, tidak masalah. Carlos Bacca dan Jackson Martinez akan memperebutkan posisi Falcao, sedangkan satu posisi lain hampir pasti didapuk Teofilo Gutierrez.

Dengan materi seperti itu, Kolombia berharap memupus pencapaian buruk di dua Piala Dunia terakhir yang mereka ikuti. Pada 1994 dan 1998, Kolombia gagal melangkah lebih jauh dari fase grup. Bahkan kegagalan di Amerika Serikat 20 tahun silam lebih menyakitkan. Datang sebagai salah satu tim favorit, berkat penampilan menjulang di fase kualifikasi, Kolombia gagal memenuhi ekspektasi. Kegagalan itu menyeret mereka kepada tragedi yang menimpa Andres Escobar.

Perjuangan memupus kenangan buruk tragedi itu membentang di Brasil - meski tanpa harus diperkuat Falcao.

Iklan