Phil Foden EnglandGetty Images

Bukan Hanya Masa Depan Untuk Inggris & Manchester City, Phil Foden Sudah Jadi Bintang Saat Ini

Bukan kebetulan kalau Phil Foden dijuluki 'Stockport Iniesta’.

Sepanjang tahun-tahunnya datang melalui akademi Manchester City, perbandingan dilakukan, meski agak berlebihan, dengan Andres Iniesta, mantan gelandang Barcelona.

Tubuhnya yang langsing, bertarung dikombinasikan dengan teknik yang indah, kontrol yang dekat, kemampuan untuk menggiring bola keluar dari tempat yang sempit, dan visi untuk memilih rekan-rekannya, sifat-sifat ini mirip dengan sang legenda Spanyol.

Artikel dilanjutkan di bawah ini

Dan, sebagai anak laki-laki di tim remaja City, Foden mengambil tanggung jawab untuk memberi dampak di lini tengah, seperti yang dilakukan Iniesta sepanjang kariernya.

Tapi, sejauh ini di panggung besar, Foden telah diambil dari posisi tekanan itu. Bos City Pep Guardiola yakin dia perlu membangun pengalamannya untuk peran itu dan manajer Inggris Gareth Southgate mengambil petunjuk dari pelatih klubnya, yang dengan sangat ahli mengawasi kariernya yang sedang berkembang.

Tentu saja, tidak ada yang akan menentang keputusannya untuk menolak kesepakatan peminjaman agar ia bisa belajar dari Kevin De Bruyne dan David Silva di lapangan latihan.

Untuk City dan timnas, Foden telah memberu dampak terbesarnya sebagai winger, terutama di sayap kiri, tapi ia semakin menunjukkan bahwa dia siap untuk peran No.10 yang lebih sentral.

Guardiola memindahkan dia ke posisi itu untuk final Liga Champions musim lalu dan, ketika City dikalahkan 1-0 oleh Chelsea, penampilan Foden sangat hidup dan positif.

Musim ini, ia juga mengambil peran itu, bermain di posisi itu dalam pertandingan comeback-nya lawan Wycombe Wanderers dan kadang muncul di penampilan tandang yang impresif di Stamford Bridge dan Liverpool.

Dengan rekrutan senilai £100 juta ($136 juta), Jack Grealish, bersama Raheem Sterling, Guardiola dipenuhi dengan pilihan di sayap kiri. Itulah sebabnya mungkin sudah waktunya bagu Foden untuk beralih ke dalam.

Phil Foden GFX EnglandGetty Images

Namun, persaingan di sana sama ketatnya dengan De Bruyne, Ilkay Gundogan, dan Bernardo Silva, yang telah memulai musim dengan performa yang luar biasa, semuanya berjuang untuk posisi dua starter.

Keinginan dan kecerdasan Foden dalam sepakbola berarti dia mungkin memulai banyak pertandingan untuk City sebagai false nine - seperti yang dia lakukan dalam kemenangan 1-0 atas rival perebutan gelar, Chelsea, pada bulan lalu - karena itu adalah satu-satunya posisi di mana Guardiola kekurangan pemain.

Untuk Inggris, bagaimana pun, mungkin sudah waktunya untuk memberi Foden posisi yang permanen. Lagi pula, Southgate memiliki masalah yang sama dalam mencoba memasukkan Foden, Grealish, dan Sterling ke dalam starting line-up dan dia tidak memiliki kedalaman pilihan yang sama di lini tengah menyerang seperti Guardiola.

Foden telah menunjukkan bahwa dia mungkin adalah pemain yang paling memenuhi syarat untuk mendikte pertandingan, seperti yang dia tunjukkan dalam kemenangan gemilang 5-0 atas Andorra di kualifikasi Piala Dunia, Sabtu (9/10).

Jelas, ada peringatan besar bahwa sang lawan adalah salah satu yang terlemah yang dia hadapi, baik secara internasional maupun dalam karier klubnya, tapi tetap saja menakjubkan bagaimana pemain berusia 21 tahun itu bisa mengendalikan permainan sebagai seorang gelandang.

Ia memiliki andil dalam gol pertama Inggris - operan sempurna yang membuat Jadon Sancho bisa memberi umpan kepada Ben Chilwell, sebelum dia memilih Bukayo Saka untuk mencetak gol kedua dalam kemenangan 5-0.

Lalu ada banyak operan yang menyebar ke seluruh lapangan ketika para winger berusaha menyulitkan para full-back Andorra dan operan-operan pendek ketika Inggris berusaha membongkar pertahanan yang padat.

"Saya suka American Football saya dan Foden seperti quarterback yang top - dia seperti Tom Brady," demikian ujar mantan pemain Manchester United, Roy Keane, dari studio ITV. "Ia hanya memilih orang. Ia mendapatkan para pelari dan dia mendapatkan penerima-sayap. Ia membuat itu menjadi tampak sangat mudah."

Phil Foden

Itu adalah analogi yang sempurna ketika Foden mengambil tanggung jawab untuk mengelola serangan Inggris dan dia membuat Southgate dilema ketika sang manajer mengembangakn tim mudanya.

Sepanjang perjalanan Inggris ke final Euro 2020 pada musim panas, ia terjebak dengan dua gelandang bertahan, Declan Rice dan Kalvin Philips, dengan Mason Mount lebih maju ke depan.

Ketika Southgate mendapat pujian terutama karena bisa membalikkan nasib Inggris sejak ia menangani tim, para pengkritiknya berkomentar dia seharusnya lebih berani.

Sekarang bisa menjadi waktu untuk lebih banyak petualangan di lini tengah; untuk membangun bakat besar Foden, dengan energi di sampingnya, dan jaring pengaman menggunakan satu gelandang bertahan. Itulah yang diminta Guardiola dari lini tengahnya dan bagaimana dia akan menggunakan Foden ketika pergantiannya menjadi lebih permanen.

Foden bukan lagi seseorang untuk masa depan. Dalam sepekan, ketika ia menjadi pemain paling berpengaruh di City dalam hasil imbang 2-2 di Anfield dan kemudian dinominasikan ke dalam daftar 30 pemain untuk Ballon d'Or, sekarang adalah waktunya.

Southgate memberi kesan bahwa dia lebih suka mengambil perkembangan Foden secara perlahan dan pemilihan untuk pertandingan lawan Hungaria, Selasa (12/10), bisa memberikan ilustrasi apakah dia akan tetap dengan pendekatannya yang lebih berhati-hati.

"Saya tidak ingin menciptakan terlalu banyak untuk dia," ujar Southgate usai kemenangan atas Andorra. "Bahayanya adalah kita menciptakan terlalu banyak, yang terlalu banyak untuk dijalani. Mari kita nikmati saja."

"Tanpa diragukan lagi, ia adalah pemain yang spesial. Biarkan dia tumbuh menjadi tim. Kami harus mencoba dan menempatkan dia di posisi yang tepat untuk permainan yang tepat. Tapi, kami senang memiliki dia."

Dengan Piala Dunia yang tinggal 13 bulan lagi, Southgate tidak punya banyak waktu bagi Foden untuk bergabung bersama tim. Bagi banyak orang, inilah saatnya untuk melempar dadu dan mengambil kesempatan pada pemain yang bisa membawa Inggris ke level yang lebih tinggi.

Iklan