HD Luis Suarez LiverpoolGetty Images

Bedah Mitos: Luis Suarez Bawa Brendan Rodgers & Liverpool Jadi Penantang Gelar Pada 2014

Brendan Rodgers tidak pernah mencoba menyembunyikan nilai penting Luis Suarez bagi klub lamanya Liverpool.

Seperti yang ia akui kepada Sky Sports belum lama ini, saat sang penyerang dijual ke Barcelona pada 2014, “semuanya menjadi berantakan”.

Dengan Suarez memimpin lini serang, Liverpool nyaris menjuarai kompetisi kasta teratas di Inggris sejak 1990.

Artikel dilanjutkan di bawah ini

Tanpa dia, Liverpool kolaps dan Rodgers akhirnya dipecat pada Oktober 2015 - kurang dari 18 bulan setelah membawa The Reds keluar sebagai runner-up Liga Primer di bawah Manchester City.

Namun masalahnya bukan karena Liverpool kehilangan Suarez - tapi mereka gagal mencari penggantinya.

Rodgers sejatinya menginginkan Alexis Sanchez, namun malah berakhir dengan Mario Balotelli. Sesuatunya kemudian tidak berjalan baik setelah itu.

Memang, ketika Rodgers mengatakan kepada kapten Steven Gerrard bahwa ia telah memutuskan untuk mengambil perjudian pada penyerang Italia yang temperamental itu, reaksi sang gelandang kala itu adalah, “Uh-oh!”

Rodgers tak menutupi bahwa Liverpool terlalu bergantung pada Suarez - tapi itu hanya terjadi selama enam bulan pertama musim 2012/13, ketika bintang Uruguay itu merupakan satu-satunya penyerang yang fit di klub.

Dia menolak anggapan bahwa Suarez memikul timnya sendirian untuk menjadi penantang gelar di tahun berikutnya - dan memang demikian adanya, karena itu akan mengesampingkan peran manajer dan pemain lain di salah satu kampanye paling mendebarkan dalam sejarah klub.

Daniel Sturridge, Luis Suarez, LiverpoolGetty

Suarez tidak diragukan lagi sensasional. Dia melewatkan lima pertandingan awal musim tersebut karena menjalani suspensi akibat gigitannya terhadap bek Chelsea Branislav Ivanovic pada April 2013, tapi dia masih saja sanggup meraih Sepatu Emas Liga Primer, dengan gelontoran 31 gol.

Namun, yang sering diabaikan adalah bahwa Daniel Sturridge keluar sebagai runner-up, dengan koleksi 21 gol, dan hanya kalah tujuh lesakan dari rekannya tersebut di semua kompetisi.

Gerrard, tentu saja, akan dikenang karena ia terpeleset saat melawan Chelsea di pertandingan yang menentukan gelar, tapi ia mencetak gol sama banyaknya dengan assist (13) dan berakhir di puncak tangga assist liga.

Sementara itu, pemain sayap muda Raheem Sterling mengemas sembilan gol, sedangkan bek sentral Martin Skrtel mencatatkan jumlah impresif tujuh gol.

Secara keseluruhan, Liverpool mencetak 101 gol pada musim tersebut - menjadi yang keempat tertinggi dalam sejarah Liga Primer. Jadi, selagi Suarez dianggap sentral di lini serang dan ketika melakukan bertahan high press, dia jelas dibantu oleh pemain-pemain di sekitarnya.

“Begini, kualitas dan imajinasinya di sepertiga akhir sangat luar biasa, tapi tim inilah yang bersinar,” kata Rodgers dalam keterangannya kepada The Telegraph tahun lalu.

Dan Rodgers layak dapat pujian bukan cuma keberhasilannya menahan Suarez di Anfield hingga 2014, namun juga mengeluarkan kemampuan terbaik dari para pemainnya.

Lagi pula, sejak Rodgers tiba di Merseyside, Suarez sudah dikaitkan dengan klub lain. Pada 2012, transfer ke Juventus mengemuka. Tahun berikutnya, Suarez mendesak untuk pindah ke Arsenal.

“Kami dapat membujuknya untuk tinggal, dan mengatakan pada dia bahwa tim ini akan dibangun di sekelilingnya dan berdasarkan kualitasnya,” ungkap Rodgers kepada The Coaches’ Tribune.

Suarez, untuk bagiannya, langsung mendatangi mantan bos Swansea tersebut, mengaku terkesan dengan filosofi sepakbola, man-management dan kecerdasan taktisnya, juga oleh fakta bahwa dalam pertemuan pertama mereka, Rodgers berbicara menggunakan bahasa Spanyol.

“Jika itu bukan karena Brendan, maka saya tahu saya tidak akan menjadi pemain yang sama seperti yang Anda lihat di Barcelona sekarang ini,” kata sang penyerang kepada wartawan pada 2016. “Bagian besar dari pendidikan saya berasal dari dia dan manajemennya.”

“Dia membantu saya untuk mengasah lari saya, masuk ke area di waktu yang tepat dan masuk dari luar, yang menguntungkan buat kepercayaan diri saya.

“Kami bekerja keras untuk menemukan cara agar saya bisa mengisolasi para pemain dan kemudian mencoba untuk mengalahkan mereka, satu lawan satu. Itulah satu-satunya cara agar saya bisa berhasil di Inggris.

“Saya waktu itu belum teruji dan saya harus beradaptasi dengan Liga Primer, yang mana diketahui Brendan dengan sangat baik. Dia tahu semua hal soal sepakbola Inggris dan dia mengedukasi saya untuk menjadi sukses.”

Rodgers, tentunya, membuat banyak kesalahan selama waktunya di Anfield, yang akhirnya berkontribusi pada pemecatannya.

Dia berselisih dengan Michael Edwards mengenai transfer dan membuat marah pemilik klub asal Amerika setelah secara terbuka mengkritik kebijakan rekrutmen.

Keputusannya untuk memprioritaskan pertandingan Liga Primer di Chelsea dan menurunkan kekuatan lapis kedua untuk babak grup Liga Champions di Real Madrid juga menjadi bumerang buruk.

Rodgers tidak hanya kalah di dua pertandingan itu, ia juga kehilangan dukungan dari suporter, yang sangat membanggakan rekor klub di Eropa dan, karenanya, mereka malu dengan apa yang terjadi di Santiago Bernabeu.

Brendan Rodgers Liverpool 2015Getty

Akan tetapi, dia memiliki peran penting saat menantang gelar pada 2013/14. Lagi pula, itu bukan skuad Liverpool yang gemilang dan bisa dibilang “kalah inferior” dari skuad arahan Jurgen Klopp saat ini, mengingat waktu itu mereka dihuni Kolo Toure yang menua, Mamadou Sakho, Simon Mignolet hingga Aly Cissokho.

Starting XI mereka mungkin penuh dengan daya dobrak tapi lini belakangnya baru ditinggal legenda klub macam Jamie Carragher yang pensiun. Menariknya, Skrtel adalah bek sentral Liverpool yang paling diandalkan dan timnya kebobolan 50 pada musim tersebut.

Bahkan di depan, ada masalah, dengan Iago Aspas menjadi satu-satunya ‘penyerang tengah’ di skuad selain Sturridge dan Suarez, yang tak jarang memaksa Rodgers untuk sesekali memainkan Sterling melalui tengah guna memberi efek.

Dan itu semua pada dasarnya karena kontribusi Rodgers; dia memaksimalkan bakat yang dimilikinya.
Dia memainkan peran penting dalam mengembangkan Philippe Coutinho, yang mencetak lima gol di liga, termasuk saat menang 3-2 atas City yang membuat Liverpool sempat memperlebar jarak, belum lagi dia membantu Jon Flanagan untuk menjadi pemain internasional Inggris.

Tim arahan Rodgers memiliki kekurangan dalam kedalaman skuad sementara starting line-up bisa dikatakan berpengalaman, tapi ia tetap saja bisa tampil menyerang yang terkadang mencetak gol terlebih dahulu dan itu berulang-ulang.

Dalam kemenangan 5-1 atas Arsenal yang memicu sepuluh kemenangan beruntun yang mendorong mereka ke puncak klasemen dengan selisih tujuh poin dari gelar, Liverpool sempat unggul 4-0 dalam 20 menit.

Selain itu, mereka sanggup mencetak 3,8 gol per laga selama laju tersebut, dengan Gerrard mencetak tujuh gol - sama seperti Suarez - dan Sterling serta Sturridge masing-masing membukukan enam gol.

Tapi kekalahan 2-0 dari Chelsea pada 27 April jelas mengubah segalanya - untuk Gerrard, Suarez, Rodgers dan semua orang yang terlibat.

Steven Gerrard Chelsea Liverpool 2014Getty

Gerrard, secara khusus, mungkin merasa paling trauma dengan terpelesetnya dia yang mengakibatkan Demba Ba membuka papan skor sebelum jeda, dengan ia kemudian mengakui lewat otobiografinya bahwa ia tak bisa berhenti menangis dalam perjalanan pulang ke rumah.

Sementara itu, Rodgers yang frustrasi dibiarkan meratapi taktik defensif Jose Mourinho, dengan The Blues menyia-nyiakan waktu, dan absennya Jordan Henderson akibat skorsing.

Sang manajer bersikeras bahwa Liverpool akan “bangkit” tapi itu tidak pernah terjadi.

Suarez pergi pada akhir musim, Gerrard dan Suarez mengikuti di tahun berikutnya, sementara karier Sturridge dirusak oleh cedera. Sementara itu, Rodgers, dipecat setelah awal yang suram pada kampanye 2015/16.

Pada titik itulah sejarah mulai ditulis ulang, dengan banyak yang mengklaim bahwa Rodgers hanya menunggangi Suarez yang sensasional. Meski begitu, tim Liverpool yang menantang gelar waktu itu juga bisa dikatakan berkat upaya seluruh pemain.

Tidak ada yang akan pernah melupakan kecermelangan Suarez, atau terpelesetnya Gerrard.

Namun peran Rodgers dan anggota tim yang bermain dalam kampanye mendebarkan itu juga tidak boleh dilupakan.

Iklan