Fernando Luiz Rosa Fernandinho_Brazil_Manchester city

ANALISIS: Teka-Teki Komposisi Lini Tengah Brasil


GOALOLEH   AGUNG HARSYA     Ikuti @agungharsya di twitter

Menghadapi Kolombia pada perempat-final Piala Dunia 2014 di Estadio Castelao, Fortaleza, Jumat (4/7), Brasil dihadapkan masalah pelik. Siapa yang bakal diturunkan Luiz Felipe Scolari di lini tengah?

Sejak pertandingan pembuka melawan Kroasia, Scolari mempercayakan duet Luiz Gustavo dan Paulinho sebagai dua gelandang bertahan yang berbagi tugas. Jika Gustavo diinstruksikan melapis lini belakang tim, terutama saat dua full-back mereka asyik menyerang, Paulinho berfungsi memberikan energi guna menghubungkan lini belakang dan depan. Gustavo tampil oke, tetapi Paulinho tidak tampil memuaskan.

Gelandang Tottenham Hotspur itu kehilangan performa terbaik sehingga tak kunjung memberikan pembenaran kenapa Scolari senantiasa mempertahankannya dalam tim inti. Berbeda ketika Paulinho tampil di Piala Konfederasi tahun lalu. Sebagai gelandang penjemput bola sekaligus pemain yang muncul dari lini kedua saat menyerang, pemain 25 tahun itu berhasil menyarangkan dua gol. Salah satunya merupakan gol kemenangan Brasil 2-1 atas Uruguay di semi-final.

Artikel dilanjutkan di bawah ini

Di Piala Dunia, peran Paulinho hampir tak terlihat sama sekali. Kemenangan 3-1 atas Kroasia pada laga perdana justru berkat kontribusi Oscar yang berjerih payah mencuri bola dari lini tengah. Paulinho juga tidak memberikan momentum yang berarti ketika Brasil bermain imbang tanpa gol melawan Meksiko. Tak kunjung melihat hasil memuaskan, inisiatif Scolari menyegarkan posisi Paulinho baru tampak pada laga pamungkas menghadapi Kamerun.

Scolari memasukkan Fernandinho guna menggantikan Paulinho selepas jeda laga. Hasilnya, Fernandinho memeragakan apa yang seharusnya dilakukan Paulinho. Dia melakukan kombinasi umpan satu dua dengan Oscar untuk menutup kemenangan Brasil 4-1. Tampil selama 45 menit, Fernandinho melakukan 22 kali umpan atau sebanyak yang dilakukan Paulinho selama 90 menit penuh pada pertandingan melawan Meksiko.

Performa terbaik Paulinho seperti saat Piala Konfederasi lalu tak kunjung muncul.

Bersama Fernandinho, Brasil tampak memeragakan kombinasi umpan di lini tengah yang dibutuhkan dalam mendobrak pertahanan lawan. Pemain Manchester City itu dikenal memiliki keunggulan dalam hal ini, meski kemampuannya dalam bertahan masih diragukan. Sayangnya, ketika dipercaya tampil sebagai pemain inti menghadapi Cili di babak 16 besar, Fernandinho melempem. Dia ditarik keluar pada menit ke-72 untuk digantikan dengan Ramires.

"Kami masih menanti penampilan bagus dari Brasil. Kami tidak bermain baik. Saya kecewa dengan penampilan tim pada empat pertandingan perdana. Saya rasa Scolari akan mengubah sesuatu. Entahlah," keluh Ronaldo.

Persoalan lini tengah Scolari belum selesai. Pada pertandingan yang sama Luiz Gustavo mendapat kartu kuning sehingga terpaksa absen di perempat-final. Kehilangan Gustavo terasa lebih besar dibandingkan pemilihan Paulinho atau Fernandinho karena benteng pertama Brasil dalam menghadang serbuan lawan praktis hilang.

"Kartu kuning kedua untuk Luiz Gustavo kabar buruk buat Brasil," ujar legenda Zico kepada The Guardian. "Dia penjaga pemain terbaik kami dan akan sangat berguna untuk meredam ancaman James Rodriguez. Juan Cuadrado adalah pemain lain yang harus diwaspadai Brasil."

Siapa yang pantas mengisi posisi Gustavo? Apakah Scolari tergoda mendorong David Luiz menjadi gelandang bertahan sebagaimana peran sang pemain dalam beberapa laga untuk Chelsea? Ataukah mencoba opsi lain di bangku cadangan seperti Hernanes?

David Luiz bukan opsi yang baik untuk dijadikan gelandang bertahan. Memang dia beberapa kali mencetak gol dari posisi itu bersama Chelsea, tapi tak jarang pula melakukan kesalahan individual yang fatal. Sementara, Hernanes terlalu lambat untuk menempati posisi tersebut. Lagipula naluri menyerang gelandang Internazionale itu lebih besar.

Felipao sudah seperti seorang ayah untuk timnya.

Bagi Scolari, tim yang ditanganinya adalah sebuah keluarga. Para pemain pun sudah menganggapnya sebagai seorang ayah. Layaknya dalam keluarga, nilai yang dijunjung tinggi oleh Scolari adalah kepercayaan. Jika anak-anaknya melakukan kesalahan, Scolari tidak punya pilihan selain selalu memberikan kepercayaan kepada mereka.

Dalam arti lain, kecil kemungkinan Scolari melakukan perombakan besar dalam susunan tim inti. Perubahan taktik atau strategi mesti dilakukan setelah melalui pertimbangan yang besar. Itulah kenapa pemain seperti Paulinho atau Fred selalu mendapat kesempatan utama karena mereka sudah menjadi "keluarga inti" bagi sang pelatih.

"Ketika Anda mengumumkan 23 pemain Anda, itulah yang Anda miliki. Anda punya 23 pemain untuk bersaing memperebutkan piala," tukas Scolari dalam konferensi pers saat dikonfirmasi media tentang pernyataannya yang menyebutkan keinginan mengganti salah seorang anggota skuat.

"Kami bisa bekerja dengan cara atau taktik yang berbeda. Kalau ini pertandingan pertama, saya takkan mengganti apa pun."

"Kalau kalian tidak menyukai gaya kepelatihan saya, peduli setan!" kecam sang pelatih gusar.

Tidak mengherankan apabila ada sinyal Scolari bakal menempatkan duet Paulinho dan Fernandinho untuk menghadapi Kolombia. Keduanya tampak dimainkan berdampingan sebagai duet lini tengah tim dalam sesi latihan, Kamis kemarin. Di antara keduanya, Fernandinho yang difungsikan untuk bermain membantu lini pertahanan.

Sebelumnya, Scolari sempat memberi kesempatan Willian, Hernanes, dan Ramires untuk unjuk kemampuan sebagai motor lini tengah tim. Namun, tampaknya apa yang dilihat pelatih 65 tahun itu tak terlalu memuaskan sehingga setelah lima menit dia langsung mencoba formasi dengan Paulinho.

Scolari juga mencoba taktik baru dalam sesi latihan tersebut. Di akhir sesi, Henrique dipasang menggantikan Fred dan bermain sebagai gelandang bertahan di depan Thiago Silva dan David Luiz. Begitu juga dengan Dani Alves yang digantikan dengan Maicon. Sesi latihan ditutup dengan latihan penalti yang dilakukan Fred, Neymar, Oscar, dan Marcelo.

Media Brasil menilai Scolari siap mengusung pendekatan defensif sekaligus memberi kebebasan lini depannya untuk berkreasi mencari peluang di depan gawang lawan.

Kini, tinggal menanti apakah taktik tersebut dapat menghadang agresivitas Kolombia.


 
 

 
Iklan