Graziano Pellè Malta ItalyGetty Images

PROFIL: Graziano Pelle, Kuda Jantan Italia


GOALOLEH   AGUNG HARSYA     Ikuti @agungharsya di twitter

Suatu waktu Graziano Pelle mengungkapkan rasa frustrasi yang dicetuskan dengan nada berseloroh. "Kalau perlu saya membela timnas Belanda saja. Lagipula saya lebih merasa seperti orang Belanda daripada Italia," ujarnya. Ungkapan itu disampaikan tahun lalu ketika dirinya tengah berada dalam puncak permainan bersama Feyenoord Rotterdam, tapi tidak menggoda Cesare Prandelli.

Prandelli saat itu bertugas sebagai pelatih timnas Italia. Kebijakan sang allenatore mengutamakan para penyerang produk kompetisi domestik. Kita semua kemudian mencatat, Prandelli membangun skuat Italia di sekeliling Mario Balotelli untuk Piala Dunia di Brasil. Kita juga mencatat, Italia gagal total di turnamen musim panas itu dan Prandelli mundur.

Pelatih pengganti Prandelli, Antonio Conte, tergoda menggunakan jasa Pelle. Pada periode yang hampir bersamaan, Pelle hijrah dari Feyenoord ke Southampton mengikuti langkah pelatih Ronald Koeman. Pelle mengukir awal mengesankan bersama The Saints. Empat gol dicetaknya dalam tujuh pertandingan. Satu gol diciptakan melalui tendangan akrobatik ke gawang Queens Park Rangers untuk memenangkan Soton.

Artikel dilanjutkan di bawah ini

Conte mulai kehabisan alasan untuk tidak memanggil Pelle mengikuti lanjutan kualifikasi Euro 2016 sepekan terakhir. Striker jangkung itu disimpan ketika Italia mengalahkan Azerbaijan 2-1. Melihat lini depannya kering inspirasi, Conte kian kehabisan alasan untuk tidak memainkan Pelle saat menghadapi Malta. Hasilnya, Pelle mencetak debut impian dengan mengemas gol kemenangan Italia pada laga tersebut.

Hingga kini perkembangan Pelle masih terus dipantau media Belanda. Pemanggilan serta debutnya bersama Italia menghiasi berita utama berbagai media besar Negeri Kincir Angin. Pelle memang pernah menghabiskan enam musim berkiprah di Eredivisie bersama AZ Alkmaar dan kemudian Feyenoord. Publik Belanda pun tidak terlalu terkejut kalau Pelle mampu tampil bagus bersama Southampton dan timnas Italia.

Kedatangan Pelle ke Feyenoord disambut keraguan.

Padahal, kedatangan Pelle ke Feyenoord musim 2012/13 disambut keraguan. Saat itu Feyenoord baru saja melepas John Guidetti yang kembali ke Manchester City seiring berakhirnya masa pinjaman. Catatan Pelle bersama AZ meragukan publik De Kuip.

Dalam 88 penampilan untuk AZ sejak musim 2007/08 hingga 2010/11, Pelle hanya mampu mencetak 16 gol. Performanya terganggu banyak hal, antara lain seperti proses adaptasi serta inkonsistensi. AZ pun tak mempertahankannya sehingga Pelle pulang ke Italia memperkuat Parma.

Status sebagai salah satu anggota timnas Italia junior yang terjun ke Kejuaraan Eropa U-21 2007 tak banyak membantu peruntungan Pelle di negara asalnya. Parma kemudian Sampdoria bukan tempat yang tepat bagi Pelle dalam mengembangkan karier. Hingga datanglah tawaran bergabung dari direktur teknik Feyenoord, Martin van Geel.

"Apa bagusnya Pelle?" kecam fans Feyenoord dan media Belanda. Periode Pelle bersama AZ dianggap gagal. Tidak menguntungkan memang karena Feyenoord masih dalam proses sangat kehilangan Guidetti. Meski Pelle didatangkan dengan status pinjaman, pemain Italia pertama yang berseragam Feyenoord itu tidak terlalu menyita perhatian.

Semua anggapan itu rupanya salah. Pelle mengemas 11 gol dalam sepuluh penampilan awal bersama Feyenoord. Salah satunya menyelamatkan Feyenoord dari kekalahan saat menjamu Ajax Amsterdam dalam laga panas De Klassieker di De Kuip. Sebelum tutup tahun 2013, Pelle memborong dua gol kemenangan ke gawang FC Groningen untuk memberikan kado Natal bagi para pendukung Feyenoord.

Januari 2013, ganti Feyenoord yang memberikan Pelle hadiah Tahun Baru. Statusnya diubah menjadi pemain permanen dengan kompensasi transfer €3 juta kepada Parma. Pelle kemudian mengemas 14 gol dalam 14 penampilan liga. Di akhir musim itu, Pelle mengoleksi 27 gol dalam 29 laga dan Feyenoord menjadi peringkat ketiga Eredivisie. Julukan "Kuda Jantan dari Italia" mulai melekat pada diri pemain yang pernah menjadi pedansa ini. 

Rekor itu menjadikan Pelle melampaui rekor gol terbanyak yang diukir pemain Italia di kompetisi mancanegara, mengalahkan Luca Toni dan Christian Vieri. Prandelli tetap tak tertarik meneleponnya. 

Musim berikutnya, seiring dengan kian terkenalnya gaya klimis rambut si pemain, Feyenoord kian pula tergantung pada sosok Pelle. Berkali-kali Pelle memborong gol untuk menentukan hasil pertandingan bagi Feyenoord, antara lain seperti hat-trick ke gawang ADO Den Haag dan PSV Eindhoven. Akhir 2013/14, Pelle mencetak 23 gol dalam 28 pertandingan dan Feyenoord menjadi runner-up liga.

Fans Soton tak butuh waktu lama mengagumi permainan - serta, barangkali, rambut klimis - Pelle.

Kita kembali ke awal cerita. Pelle diboyong Southampton dengan biaya transfer €10 juta, Juli 2014. Beberapa pekan sebelumnya, Italia gagal total di Piala Dunia. Prandelli pun mengundurkan diri. Ketika Pelle bersinar bersama Southampton, Conte yang sedang membangun kekuatan baru tak melepas peluang memanggil striker binaan Lecce itu.

Buahnya didapat Italia pada menit ke-29 pertandingan melawan tuan rumah Malta, 13 Oktober. Pelle berada dalam posisi yang tepat saat mencocor bola liar di mulut gawang lawan. Gol yang membuktikan keahliannya sebagai striker, yaitu pandai mencari ruang, punya kekuatan fisik yang mumpuni, dan klinis menyelesaikan peluang. Keunggulan itu telah mengundang pujian dari Conte. Italia saat ini tidak memiliki penyerang dengan karakter yang bisa melindungi bola serta mendistribusikannya dengan baik.

"Banyak penyerang lain pantas bermain untuk Italia. Tapi saya sudah mencetak 50 gol di Belanda dan saya yakin saya pantas dipanggil. Saya tidak bermaksud bilang pantas dipanggil, tapi setidaknya Prandelli mempertimbangkan saya," ungkap Pelle usai mengukir debutnya.

Dengan usia menginjak 29 tahun, Pelle memiliki sisa waktu yang tepat untuk menjadi andalan Italia di Euro 2016. Conte rasanya tidak perlu meniru Prandelli dengan membangun tim di sekeliling Balotelli. Apalagi Balotelli bukan sosok yang populer di kamar ganti Azzurri.

Sudah saatnya Pelle menjadi penyerang reguler Italia dan pengakuan juga muncul dari pemain yang posisinya digeser olehnya.

"Bravissimo Pelle, avanti cosi!" kicau Balotelli melalui Twitter.

Maju terus, Pelle!

Akankah Pelle menjadi langganan timnas Italia?

Get Adobe Flash player

 
Iklan