Hachim MastourGetty Images

Dari AC Milan Ke Serie C - Apa Yang Terjadi Pada Sensasi Youtube Hachim Mastour?


OLEH   PETER MCVITIE   PENYUSUN   TEGAR PARAMARTHA     Ikuti di twitter

Dengan Real Madrid, Barcelona, Inter Milan, Manchester City dan AC Milan menunjukkan ketertarikan besar untuk merekrutnya pada usia 14 tahun, Hachim Mastour tampak ditakdirkan menjadi salah satu yang terbaik.

Disanjung sebagai salah satu pemain paling menjanjikan di dunia, pemain Maroko kelahiran Italia ini memiliki ketangkasan, kontrol dan trik yang istimewa, membuatnya menjadi sensasi internet dan kehebohan semakin berkembang hingga Rossoneri membayar €500 ribu untuk merekrutnya pada 2012.

Dalam dua tahun, dia masuk dalam skuat senior, dengan pemain-pemain seperti Filippo Inzaghi, Clarence Seedorf dan Adriano Galliani kerap memujinya. Namun, tiga tahun kemudian, semuanya tampak sangat berbeda, Mastour dilpeas oleh Milan setelah tidak pernah mencatatkan satupun caps bersama skuat utama.

Menemukan klub baru di level tertinggi juga tidak akan mudah.

Pada 2015, Malaga meminjamnya selama dua tahun dengan opsi permanen tetapi klub Spanyol itu mengembalikan sang pemain setelah satu musim, di mana dia bermain hanya selama lima menit di tim senior. Berkat koneksi agen Mino Raiola, dia mengamankan transfer pinjaman ke PEC Zwolle pada musim panas lalu, tetapi lagi-lagi karirnya tidak menunjukkan perbaikan.

Artikel dilanjutkan di bawah ini
Hachim Mastour Michael Essien Milan

"Dia bisa melakukan segalanya dengan bola, itu jelas dua tahun lalu di YouTube," ujar pelatih Ron Jans saat kedatangan sang pemain. "Bahaya terbesar adalah besarnya ekspektasi. Dia sangat muda. Kami ingin memberinya tempat perlindungan, tetapi saya pikir kami bisa mendapat hal positif darinya."

Mereka tidak mendapatkan itu. Mastour diberi 150 menit kesempatan bermain dalam lima pertandingan di Eredivisie, sebelum Zwolle menyerah pada Januari.

"Dia bisa melakukan hal luar biasa dengan bola tetapi dia harus mulai menambah kedalaman dalam permainannya," ujar Jans, dan itu memang menjadi masalahnya: Mastour bermain terlalu satu dimensi.

Sentuhan terhadap bola dan kecepatan kakinya memang menawan. Dia berdansa untuk keluar dari masalah dengan mudah, tetapi tidak banyak memberi kontribusi dalam menyerang. Dia hanya ingin bermain di ruang sempit, kerap maju mendekati gerombolan lawan untuk sedikit menggocek sebelum melepaskan umpan.

Ketika dia memiliki waktu menguasai bola, dia tampak terlalu banyak termenung dan kerap mundur atau ke samping, dengan tidak banyak bergerak saat tidak menguasai bola. Dalam hal bertahan, dia tidak melakukan penjagaan dan buruk saat tekel.

Pengelolaan bola Mastour sangat menjanjikan tetapi kebanyakan yang ia lakukan kurang efektif. Dia harus mulai belajar aspek lain jika ingin memenuhi sebagian ekspektasi yang mengelilinginya selama ini.

Banyak yang menilai, ia memiliki jalan yang sama seperti wonderkid gagal Freddy Adu, tetapi itu cukup kejam mengingat usianya masih 19 tahun, tetapi jelas ia mengalami sedikit perkembangan sejak tampil impresif bersama Milan U-16.

Hachim Mastour AC Milan Real Madrid

Gol cantik dan trik memiikat saat memerankan nomor sepuluh di tim akademi, membuatnya mendapat kesempatan di skuat Primavera asuhan Filippo Inzaghi. Setelah tampil sebagai pemain pengganti dua kali, total 20 menit di atas lapangan, untuk U-19, dia diangkat ke tim senior untuk pertandingan pamungkas musim 2013/14.

Izin spesial dibutuhkan dari liga untuk memasukkannya tetapi pelatih Clarence Seedorf tidak mengeluarkan Mastour dari bangku cadangan. Bagaimanapun juga, saat itu ia masih berusia 15 tahun dan sudah berbagi ruang ganti dengan pemain seperti Kaka, Mario Balotelli dan Stephan El Shaarawy.

Dia kembali berada di bangku cadangan pada pertandingan perdana musim berikutnya, dengan Inzaghi berperan sebagai pelatih kepala kali ini, tetapi ia segera kembali ke Primavera dan kehebohan mengenai sosoknya tampak pudar.

Saat terus kesulitan, susahnya proses kenaikan dari akademi ke skuat senior tampaknya membuat mentalnya goyah dan ia masih belum beradaptasi dengan tuntutan yang lebih berat dari pelatih atau mampu meyakinkan pelatih untuk memasukkannya ke tim utama. Bahkan Maroko, yang memberinya status pemain termuda dalam sejarah timnas saat dimainkan dua hari sebelum ulang tahunnya yang ke-17, masih belum memberinya kepercayaan lagi.

Tekanan pada Mastour sangat berlebihan dan sangat tidak adil selama bertahun-tahun. Dia tidak pernah bisa berkembang melalui temponya sendiri dan kerap dipindah dari satu tim ke tim lain setiap beberapa bulan selama lima tahun terakhir. Tidak ada konsistensi dalam lingkungannya dan dia jarang bekerjasama dengan satu pelatih untuk lebih dari beberapa bulan.

Harus ada kesabaran saat ia berkembang tetapi kedangkalan permainannya membuat tertahan. Eredivisie adalah liga yang masyhur dikenal memberi keluasan pemain muda berbakat untuk bersinar, tetapi Mastour juga tidak bisa memberi dampak di sana.

Terkatung-katung, pada 2018 klub Yunani, Lamia, mengumumkan perekrutan Mastour secara gratis, tetapi hubungannya dengan klub berjalan tidak harmonis dengan manajemen menudingnya kerap tak datang latihan tanpa alasan, sementara pihak pemain membantahnya, hingga kedua pihak secara mufakat memutus kontrak pada Maret 2019.

Pemain yang kini berusia 21 tahun tersebut akhirnya kembali ke Italia musim ini, menjalin kerja sama dengan klub Serie C, Reggina, dengan kontrak berdurasi tiga tahun. Bagaimanapun juga, nasibnya masih belum terlalu membaik, ia masih menjadi pemanas bangku cadangan klub dengan hanya mendapat delapan menit kesempatan bermain sejauh ini.



 

Iklan